Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suami-Istri Tidak Pernah "Berkelahi:" Gak Normal Tuh!

27 April 2012   12:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:02 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13355312591422590593

[caption id="attachment_173987" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi: Pertengkaran dalam Rumah Tangga (Sumber:m.okezone.com)"][/caption]

Tak satu pun manusia lepas dari masalah dan tiada satu pun keluarga yang berjalan mulus selamanya. Tantangan dan masalah adalah “teman” yang senantiasa menghiasi langkah hidup manusia. Jadikanlah masalah itu menjadi pintu untuk saling memaafkan.

Kadang aku rindu pertengkaran itu. Begitulah penuturan polos dan jujur seorang ibu yang sudah mengarungi hidup berkeluarga dengan suaminya sekitar 15 tahun. Ia menguraikan saat-saat indah dan moment yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Ia juga tidak malu mengungkapkan saat-saat buruk, bahkan sangat memprihatikan yang ia alami dengan suaminya yang sempat membuat bahtera rumah tangga mereka hampir kandas. Namun, di saat harapan itu masih menggema dan keinginan itu masih ada, semua hantaman ombak dan hempasan badai itu berlalu dan berganti dengan indah pada waktunya.

Satu ungkapan manis yang ia untaikan yakni, meminta maaf dan memaafkan. Ini selalu mengalir setiap kali mereka bertengkar dan bersoal-jawab, bahkan saat amarah kian membara. Rupanya sebelum menikah mereka telah membuat kesepatakan dan komitmen, untuk selalu mengenang “masa-masa indah dan penuh memori”, saat berjanji di altar kudus, disaksikan oleh umat beriman lainnya, di setiap saat silang pendapat dan pertengkaran menghampiri mereka. Ini menjadi kekuatan dahsyat bagi mereka untuk melihat yang baik, lebih baik dan terbaik yakni: meminta maaf dan memaafkan. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun.

Kini meminta maaf dan memaafkan seperti sudah menjadi kebutuhan untuk mereka berdua. Sekarang, saat penuh perdamaian dan penyatuan dua pihak yang sakit hati, menjadi bagian dari diri dan hidup mereka. Mereka merasa kalau tidak minta maaf dan memaafkan dalam waktu tertentu, seperti merasa ada yang kurang dan belum lengkap, apalagi akhir dari moment itu selalu diakhiri dengan pelukan manis, indah damai dan teduh. Maka sang ibu mengatakan, “Aku rindu pertengkaran itu.” Aku ingin meminta maaf dan suami memaafkan, atau sebaliknya. Aku rindu pelukan maaf itu dan dekapan pengampunan itu.

Saya tidak memaksa anda yang membaca catatanku ini untuk seirama dengan ibu tersebut: rindu akan pertengkaran. Yang mau saya utarakan ialah, bahwa pernikahan bukan berarti semuanya otomatis. Lewat pernikahan bukan berarti kebahagiaan itu otomatis menjadi milikmu. Perjuangan tetap harus dilanjutkan. Pemurnian kasih dan pembaharuan janji nikah masih harus diintensifkan. Pernikahan tidak akan menghapus perbedaan, tetapi justru menerima perbedaan itu adalah salah satu aspek keindahan dari pernikahan. Pernikahan membuat kita berusaha untuk selalu menemukan hal-hal indah dan mendebarkan dari pasangan setiap saat dan terus merasa jatuh cinta dengannya.

Maka ingatlah, ketika anda mengatakan YA, itu berarti untuk seumur hidup, dalam suka dan duka. Kesatuan itu kadang goyah karena perbedaan prinsip. Kadang cinta itu diolengkan ombak dan dihempas badai karena salah paham, salah pengertian dan bahkan karena pihak ketiga. Maka, kesiapan dan keinginan untuk melihat yang baik, lebih baik dan yang terbaik, yakni masa depan yang indah, dan membawa bahtera itu sampai ke tujuan, sesuai dengan janji nikah, harus ditanamkan dalam hati.

Karena memang meminta maaf dan memaafkan dan memperbaiki diri serta komitmen perlu dan bahkan sangat mutlak dalam hidup berkeluarga. Yakinlah ketika anda mau meminta maaf dan juga bersedia memafkan, bahtera itu akan makin kuat. Dan akhirnya juga anda akan mengatakan, “Aku rindu pertengkaran itu.” Ini bukan berarti kita menghendaki pertengkaran, tetapi lewat pertengkaran itu ada maaf yang mengalir dan akhirnya bahtera itu makin kuat, kokoh dan tegar.

Catatan di dibawah catatan: "Jangan sampai setelah baca catatan ini, ngajak suami atau istri berantem melulu setiap saat biar jadi romantis  :():

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun