Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sangkamu Hidup Ini Milikmu?

10 Juni 2012   12:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:09 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181885" align="aligncenter" width="648" caption="Menghayati Hidup Sebagai Pinjaman Sementara (dok.pribadi)"][/caption]

Dalam dunia Filsafat Yunani dikenal 3 jenis waktu. Kairos yang merupakan waktu yang telah kita habiskan. Kronos yang merupakan waktu yang sedang kita jalani saat ini. Yang terakhir Ions yang merupakan waktunya Tuhan atau yang sering dikenal dalam Kitab Suci dengan perbandingan seperti: "bagi Tuhan seribu tahun sama dengan satu giliran ronda malam."

Dengan demikian, bagi orang Yunani, waktu Kairos dan Kronos itu terkait dengan peristiwa dan ruang yang hanya bisa diikuti oleh manusia. Manusia tidak bisa mengubah Kairos menjadi Kronos atau mempercepat kronos menjadi Kairos. Dalam arti ini, manusia hanya menjalani dan berusaha untuk mengisi kronos dengan hal-hal yang berguna sebelum menjadi sebuah Kairos yang tak bisa diulang kembali. Di sini, manusia harus mengakui bahwa yang dimilikinya sungguh-sungguh hanyalah kronos, saat ini, detik ini, yang kemudian menjadi saat lalu, detik yang lalu. Karen itu, detik ini semestinya diisi dengan baik, dinikmati sungguh karena detik yang berikutnya belum tentu milik kita alias masuk dalam waktu Ions, saatnya Tuhan yang masih merupakan sebuah misteri.

Pengakuan akan adanya Ions dalam kajian Filsafat Yunani merupakan pengakuan akan waktunya Tuhan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sekaligus pengakuan bahwa saat-Nya Tuhan datang menjemput kita tidak terduga alias unpredictable. Manusia pasti akan mati, tetapi kapan, di mana, dan dengan cara apa tidak ada seorang pun yang tahu termasuk dirinya. Hanya Tuhan  yang memiliki Ions yang tahu.

Kesadaran ini menyiratkan bahwa hidup yang dipercayakan kepada setiap manusia hanyalah sebuah pinjaman, bukan milik yang harus digenggam apalagi dipertahankan. Jika dilihat sebagai sebuah pinjaman, maka pantaslah jika dikatakan tidak ada satu manusia pun di bawah kolong langit, yang hidupnya masih diikat oleh ruang dan waktu yang pantas untuk memegahkan diri dengan segala hal yang dititipkan ke dalam hidupnya. Ini menjadi peringatan bahwa ada yang meminjamkan hidup ini kepada kita. Dan kepada Dia yang memiliki Ions inilah kita mesti mempertanggungjawabkan semua yang dipinjamkannya kepada kita. Karena itu, bagiku bumi ini pantasnya dijejak sebagai sebuah pinjaman sementara yang mestinya digunakan untuk amal dan kebaikan bagi segenap ciptaan.

Pandanglah tanaman ini yang numpang sementara di atas batu ini. Ia sebenarnya harus tumbuh di atas tanah yang subur seperti teman-temannya.Namun di atas batu ini, ia ternyata bisa bertumbuh bukan karena kuasanya semata tetapi karena ada kuasa yang tersembunyi yang menyebabkan ia bisa bertumbuh di atas batu. Ia hidup sebatas Kronos yang diberikan kepadanya yang perlahan-lahan menjadi Kairos dan akan tiba waktu Ions ketika ia akan layu dan mati. Demikianlah hakekat hidup manusia di atas bumi ini yang mesti dihayati sebagai sebuah pinjaman sementara untuk sebuah amanah memuliakan nama Sang Pemilik Ions dengan memuliakan sesama dan segenap makluk ciptaan lainnya.

[caption id="attachment_181887" align="aligncenter" width="601" caption="Menjajaki Dinding Batu Sebagai Pinjaman Sementara (dok.pribadi)"]

13393324021073165975
13393324021073165975
[/caption]

Hidupmu bukan milikmu. Hanyalah titipan di dalam tanganmu. Gunakan kronosmu dengan sebaiknya, karena engkau tidak tahu kapan Ions akan menghampirimu dan menuntut pertanggungjawabanmu atas titipan yang dipercayakan-Nya ke dalam tanganmu. Sederhana sekali hidupmu jika dihayati sebagai sebuah pinjaman. Tetapi tidak sesederhana itu untuk bisa menghayatinya karena ego manusia terlalu besar.

Nikmati Minimalisnya Hidup dalam:

KAMPRET WPC 8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun