Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pornografi dan Kebingungan Manusia akan Hakekat Tubuhnya Sendiri

4 Oktober 2012   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349410389273047940

[caption id="attachment_202631" align="aligncenter" width="470" caption="Salah Satu Lukisan Michelangelo di Kapel Sistina-Vatikan (Sumber Ilustrasi: oilpainting-frame.com)"][/caption]

Tiap detik US$ 3.075,64 dikeluarkan untuk pornografi, tiap detik 28.258 pengguna internet melihat pornografi, tiap detik 375 pengguna internet mengetik sesuatu yang berkaitan dengan pornografi dalam mesin pencari internet, tiap 39 menit sebuah video porno selesai dibuat di AS. Pada 2006 penghasilan industri pornografi lebih besar daripada penghasilan perusahaan raksasa teknologi dunia bersama-sama (Microsoft, Google, Amazon, eBay, Yahoo!, Apple, Netflix, dan EarthLink). Pada tahun yang sama juga, Indonesia menduduki posisi ketujuh yang paling banyak meminta mesin pencari dengan cara mengetikkan kata "sex". Setelah marak beredar dan pemakaian pil kontrsepsi semenjak 1960-an,  angka perceraian meningkat tiga kali lipat; anak di luar nikah meningkat dari 224.000 menjadi 1,2 juta; hidup bersama tanpa nikah meningkat dari 430.000 menjadi 4,2 juta; aborsi meningkat 2x lipat. Bagaimana dengan 6 tahun kemudian di tahun 2012 ini? Kemungkinan bisa terjadi bahwa angkanya berlipat-lipat.

Banyak teori dan jawaban diberikan atas fenomena ini. Salah satunya adalah bahwa sesungguhnya umat manusia sedang bingung dengan tubuhnya, tidak memahami sungguh hakikat tubuhnya, esensi maskulinitas dan feminitasnya, kodrat kepriaan dan kewanitaanya. Hal ini berdampak pula pada kebingungan untuk memahami tubuh orang lain.

Ketika Sex hanya dipahami seputar organ kelamin  dan sensasi seksual yang menyertainya (direduksi), maka dengan mudah orang menjadi mangsa pornografi. Industri pornografi merupakan eksplotitasi atas tubuh manusia. Tubuh manusia tidak lagi dilihat secara utuh sebagai media pengungkapan Yang Ilahi, tetapi hanya dijadikan sebagai barang komoditas seksual dalam arti sempit. Jangankan melihat tubuh sebagai bahasa Allah mengungkapkan diri-Nya, melihat tubuh manusia sebagai subjek yang mempribadi dengan segala aspek psikologis yang menyertainya saja tidak.

Inilah kenyataan kebingungan manusia atas tubuhnya sendiri dan tubuh sesamanya. Karena itu, tubuh manusia harus diletakkan kembali pada posisinya. Dalam arti, lihatlah tubuh sendiri dan tubuh sesama sebagai subjek yang mempribadi dan bukan objek. Ketika tubuh ini hanya dijadikan sebagai objek, maka saya bisa menggunakan tubuh saya untuk pornografi, untuk uang, dan untuk cinta. Saya bisa menggunakan tubuh saya sebagai instrumen/alat/barang yang digunakan untuk alat pertukaran atau alat pemuas saja. Tidak lebih dari sekedar alat/barang. Demikian pun ketika berhadapan dengan tubuh sesama entah setengah telanjang, telanjang penuh maupun dibungkus rapat sekalipun, jika paradigma/kerangka berpikir saya tidak berubah maka saya akan hanya melihatnya sekedar alat/barang/objek pemuasan hasratku semata. Bagi yang hanya memandang tubuhnya sendiri dan tubuh sesamanya sekedar objek, pikirannya bisa menelanjangi tubuh orang lain meskipun orang lain sudah berpakaian sangat pantas dan sopan. Maka harus kembali ke kerangka isi otak manusia dalam mempersepsi dan menginterpretasi tubuh orang lain.

Jika orang sudah memahami hakekat tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain hanya sekedar objek/alat, maka industri pornografi yang memanfaatkan kebingungan sebagian besar manusia akan makna tubuhnya secara utuh akan tetap laris manis. Angka pencarian dengan kata "sex" pada mesin pencara akan tetap melonjak dari tahun ke tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia. Para pelaku industri pornografi yang menggunakan tubuh sesama sebagai alat untuk meraup uang akan makin berjaya. Kaum pria dan kaum wanita yang memandang tubuhnya dan tubuh sesamanya hanya sebagai alat/barang akan tetap menggunakannya untuk tujuan apa pun juga.

Demikianpun dalam pengalaman banyak orang memperlihatkan relasi antara tubuh lelaki dan perempuan yang terkait dengan soal seks dan cinta. Banyak lelaki mudah mengatakan bahwa ia mencintai perempuan yang didekatinya dengan maksud agar ia bisa mendapatkan kepuasan seks dengan menggunakan tubuh perempuan itu. Sebaliknya, banyak perempuan bersedia memberikan tubuhnya untuk digunakan oleh lelaki dengan harapan bahwa ia akan menerima ketulusan cinta dari lelaki itu.

Namun demikian, tubuh, seks, dan cinta itu akhirnya banyak ditentukan oleh ada atau tidaknya “kuasa” (power). Lelaki bisa menggunakan power lewat kata-kata manisnya, sehingga perempuan bertekuk lutut. Perempuan bisa menggunakan power lewat kemolekan tubuhnya, sehingga lelaki pun takluk.

Apakah demikian tujuan manusia diciptakan dengan semua organ tubuh yang membentuknya sehingga dikenal dan dinamai sebagai manusia, yang dari tubuhnya saja bisa dibedakan dengan binatang dan tumbuhan? Tubuh manusia semakin kehilangan kemampuannya untuk mengungkapkan Allah yang tak terlihat. Bila ini saatnya membuat resolusi baru, kita bisa mulai dengan sungguh berhati-hati terhadap power yang ada pada kita untuk menggunakan  tubuh kita dan  yang lain sebagai objek/barang/alat.

Sumber data: Deshi Ramadhani, Lihatlah Tubuhku: Membebaskan Seks Bersama Yohanes Paulus II, Kanisius, 2009

to be continued

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun