Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pencapresan Jokowi Jauh lebih Nendang

16 Maret 2014   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1394953226903565456

[caption id="attachment_299265" align="aligncenter" width="425" caption="Cover Buku: Andai Jokowi Jadi Presiden"][/caption]

Seorang pemimpin diterima oleh rakyat bisa dilihat dari bagaimana rakyat antusias menyambutnya. Hal ini tercermin dalam respon masyarakat Indonesia secara sporadis di berbagai wilayah di Indonesia terhadap pencapresan Jokowi oleh PDIP. Berbagai tanggapan positif bermunculan di mana-mana, meskipun tidak bisa dinafikan ada juga respon negatif dari sejumlah kalangan. Nada sukacita berbalut pengharapan yang diekspresikan oleh masyarakat Indonesia tatkala mendengar Jokowi akhirnya dicapreskan oleh Megawati Soekarno Putri memberikan signal positif bahwasanya sejak awal masyarakat Indonesia sudah bisa menerima Jokowi sebagai calon presiden dambaannya.

Euforia pencapresan Jokowi memang merasuk sampai ke pelosok negeri. Di mana-mana masyarakat membicarakan pencapresan Jokowi tanpa ada yang membayar. Semuanya mengalir begitu saja secara spontan dari hati terdalam masyarakat yang menemukan figur sederhana dan jujur untuk menjadi pemimpin mereka. Mungkin bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang menyambut antusias pencapresan Jokowi, program kerja dan visi-misi  yang menjadi isi semboyan, 'Indonesia Hebat' ala Jokowi dan PDIP merupakan urusan nomor dua, sedangkan nomor satu soal integritas diri Jokowi sebagai capres. Itu yang jauh lebih penting bagi masyarakat Indonesia yang kian jenuh dengan praktik korupsi di kalangan para pejabat negeri. Bagi mereka, kehadiran Jokowi sebagai capres 2014 mampu mematahkan anggapan bahwa tidak ada lagi pemimpin yang jujur dan bersih di negeri ini. Soal program kerja, masyarakat bisa maklumi karena Jokowi baru saja diumumkan sebagai capres. Akan ada saatnya, rakyat akan meminta apa program kerja real Jokowi untuk menjadikan Indonesia benar-benar hebat. Semuanya ada masa dan waktunya.

Euforia terkait pencapresan Jokowi di kalangan masyarakat ini jauh berbeda dengan situasi ketika para capres lain mendeklarasikan diri mereka sebagai capres dari partai tertentu. Bobot dan jangkauan euforia tidak sedalam dan sejauh yang dialami oleh Jokowi. Bandingkan saja dengan respon masyarakat Indonesia ketika Prabowo Subianto mendeklarasikan dirinya sebagai capres Gerindra, Aburizal Bakri sebagai capres Golkar, atau ketika Wiranto-Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo mengumkan diri mereka sebagai capres-cawapres Hanura, dll. Euforia dan gaungnya boleh dibilang kurang 'nendang' dibandingkan euforia pencapresan Jokowi oleh Ketum PDIP.

Lantas kita bisa bertanya: mengapa pencapresan para kandidat lain ini sepertinya kurang 'nendang' dibandingkan Jokowi? Jawabannya tentu saja bisa kita runut bersama dari sejarah dan proses pencapresan mereka dibandingkan Jokowi. Proses pencapresan Jokowi boleh dibilang unik dibandingkan proses pencapresan yang lain. Perbedaanya terletak pada JOKOWI DICAPRESKAN oleh masyarakat Indonesia yang tidak tega membiarkan negeri ini dipimpin oleh yang lain. Megawati dan PDIP hanya merespon derasnya aspirasi arus bawah. Di sini jelas, bahwa Jokowi berada pada posisi menjalankan mandat rakyat yang mendesaknya untuk segera menjadi Presiden  RI pada 2014. Mandat rakyat inilah yang diakomodir oleh Megawati Soekarno Putri selaku Ketum PDIP. Secara tidak langsung rakyatlah yang menghendaki Jokowi untuk segera dicapreskan dan Jokowi hanya menjalankan apa yang menjadi aspirasi masyarakat Indonesia yang selama ini menggadangnya dalam aneka survei bahkan dalam bentuk tanda tangan serta foto copy KTP untuk diteruskan kepada Ketum PDIP.

Proses yang seperti ini tidak terjadi di dalam diri capres-capres lain. Proses pencapresan para capres lain 'mengesankan' bahwa diri merekalah yang menghendaki untuk menjadi capres dari partai tertentu meskipun bisa saja terjadi bahwa itu merupakan kehendak dan aspirasi seluruh/sebagian kader partainya. Kesan lebih jauh yang ditangkap oleh masyarakat adalah 'kehendak untuk berkuasa' lebih kuat ditonjolkan oleh para capres lain dibandingkan Jokowi. Ambisi untuk berkuasa ini memang wajar dan normal, karena tanpa ambisi untuk berkuasa tidak mungkin seseorang mau menjadi pemimpin.

Akan tetapi, justru di sinilah letak jebakannya. Jika seseorang tampak secara kasat-mata 'terlalu berambisi' untuk berkuasa, maka kesan yang terbaca oleh rakyat adalah bahwa orangnya memang hanya 'mengejar kuasa' sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Namun, ketika Jokowi menampilkan diri hanya sebagai 'pelaksana mandat' dari rakyat melalui Ketum Partainya, maka publik akan membaca Jokowi telah 'selesai dengan dirinya'. Artinya, Jokowi memang tidak butuh apa-apa lagi untuk memuaskan ego pribadinya selain menjadikan kuasa sebagai media untuk semakin melayani banyak orang.

Inilah poin penting yang luput dari perhatian para capres lain dan hanya dimiliki oleh Jokowi secara natural. Karena alasan inilah maka eufria pencapresan Jokowi oleh Megawati gaungnya lebih terasa dan boleh dibilang 'lebih nendang' dibandingkan ketika para capres lain mendeklarasikan dirinya. Antusiasme rakyat baik pro, maupun kontra lebih kuat ketika Jokowi dicapreskan dibandingkan pencapresan kandidat lain.

Apakah ini bagian dari kelihaian Jokowi memainkan citra diri di depan rakyat? Tuduhan itu pasti ada. Namun trik dan taktik Jokowi ini jika memang dikatakan secara sengaja sebagai sebuah bentuk pencitraan, tetap menjadi pelajaran berharga untuk para calon presiden lainnya di masa mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun