Ilustrasi/Admin (wallpapers-diq.org)
Hari-hari ini sampai dengan hari Minggu nanti, umat Kristiani memasuki "Pekan Suci". Pekan di mana terdapat empat hari perayaan sentral yang merupakan inti dari spiritualitas hidup umat Kristiani yakni mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Mengapa disebut demikian?
Bagi umat Kristiani, perayaan Paskah merupakan perayaan untuk mengalami kembali (menghadirkan dan mengenangkan) peristiwah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus. Perayaan ini dimulai dengan masa persiapan selama 40 hari sebelumnya yang diisi dengan pertobatan hati yang ditandai dengan penerimaan abu di dahi pada hari Rabu Abu sebagai pembukaan masa prapaskah.
Hari-hari selama masa Prapaskah diwarnai oleh doa yang semakin mendalam, puasa, dan pantang yang bermuara pada tindakan amal kasih kepada sesama. Diharapkan dari hasil pantang dan puasa setiap pribadi dan keluarga bisa disalurkan melalui Aksi Puasa Pembangunan (APP) yang kemudian disalurkan kepada mereka yang amat membutuhkannya.
Selain itu, ada juga ibadat yang khas selama masa prapaskah yakni: merenungkan kisah perjalanan Yesus mulai di taman Getsemani ketika Ia berdoa bersama para murid-Nya , saat di mana Ia ditangkap dan dibawa ke pengadilan Romawi untuk diadili sampai dengan peristiwa ketika Ia diturunkan dari Salib untuk dimakamkan. Ibadat ini biasa dilakukan setiap hari jumat selama 5 pekan sampai pada hari Jumad Agung. Makna dan tujuan ibadat Jalan Salib ini tiada lain agar semangat Yesus yang berani memanggul Salib (duka, derita, kemalangan) demi orang lain juga menjadi gaya hidup para murid-Nya.
Pekan terakhir sebelum Paskah, umat Kristiani merayakan Perayaan Minggu Palma. Perayaan ini untuk mengenangkan kembali peristiwa ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem sebelum Ia disalibkan. Pada peristiwa tersebut, Yesus menunggangi seekor keledai betina dan bersama dengan para murid-Nya memasuki kota Yerusalem. Ia dipuja-puja sebagai sebagai Raja dari keturunan Daud yang bagi orang Yahudi pada zaman-Nya, Yesus dilihat sebagai pemenuhan harapan mereka seturut ramalan para Nabi akan tampil sebagai penyelamat mereka dari penjajahan bangsa Romawi sama seperti leluhur-Nya Raja Daud yang membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Filistin. Ternyata, harapan mereka tidak sejalan dengan misi-Nya. Di hadapan Pilatus Yesus malah menjawab bahwa benar, Dialah Raja, tetapi Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Kerajaan yang dibawa-Nya melalui kesaksian hidup-Nya berisikan damai, cinta kasih, keadilan, persaudaraan semesta, di mana semua orang bisa merasakan sebagai satu kelurga besar tanpa dibentengi oleh kotak-kotak manusiawi. Disebut Minggu Palma karena ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, Ia dielu-elukkan dengan kata "Terpujilah Putera Daud" oleh rakyat Yerusalem sambil melambaikan dedaunan Palma di tangan mereka.
Setelah perayaan Minggu Palma, umat Kristiani mulai memasuki "Pekan/Minggu Sengsara." Suasananya memang lebih menonjolkan perkabungan (penyelasan) yang mendalam. Dalam "pekan sengsara" ini terdapat empat hari inti dari Perayaan Paskah itu sendiri yakni Hari Kamis Putih, Jumad Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah.
Perayaan "Kamis Putih" yang ditandai dengan dekorasi dominan di dalam Gereja berwarna putih melambangkan putihnya hati dalam melayani yang lain. Inti perayaan ini adalah mengenangkan kembali Yesus yang mengadakan perjamuan terakhir dalam kasih dan persaudaraan bersama dengan para murid-Nya. Dalam perjamuan bersama ini Yesus melakukan sebuah tindakan simbolis yang mengejutkan para murid-Nya. Ia menanggalkan jubah-Nya di lapisan yang paling luar dan mulai mencuci kaki semua murid-Nya. Dengan tindakan ini, Ia mau mengajarkan kepada para murid untuk "saling mencuci kaki" satu sama lain dalam kehidupan bersama. Artinya, hendak-Nya para murid diajak untuk melayani satu sama lain, sebagaimana Ia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Perayaan yang khas pada malam Kamis Putih ini adalah pencucian kaki yang dilakukan secara simbolis oleh seorang imam kepada kedua belas perwakilan dari umat di tempatnya masing-masing dan upacara tuguran. Tuguran atau berjaga sepanjang malam di dalam Gereja yang dilakukan oleh umat kristiani secara bergantian sambil berdoa di depan Sakramen Mahakudus yang ditahtahkan dalam sebuah mostrans merupakan upaya mengenangkan peristiwa para murid yang menemani Yesus berdoa di taman Getsemani pada malam sebelum Ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, digantung di Kayu Salib. Doa-doanya lebih meditatif.
Jumad Agung merupakan perayaan untuk mengenangkan Yesus Wafat di Kayu Salib, sebagai Domba Paskah Yahudi yang Baru. Suasana yang umumnya terasa adalah lengang, sepi, dan larut dalam perkabungan yang mendalam. Biasanya diisi dengan ibadat Jalan Salib pada pagi hari dan pada Sore hari (pukul 14.00) ibadat penyembahan Salib. Dalam ibadat ini, umat Kristiani akan secara bergilir mengecup Salib Yesus sebagai tanda penghormatan dan kebanggaan akan jalan salib yang menyelamatkan yang bagi dunia adalah kebodohan tetapi bagi Dia adalah jalan kebijaksanaan. Suasana di dalam Gereja biasanya gersang, tanpa bunga dan hiasan.
Sabtu Suci merupakan perayaan mengenangkan Yesus diturunkan dari Salib dan dimakamkan. Pada hari ini, semua umat Kristiani akan merayakan malam Paskah. Lagu-lagu Alelluya mulai dinyanyikan. Lagu-lagu Paskah bisa dikidungkan dalam perayaan ini. Pada malam Paskah ini, umat Kristiani meluapkan suka cita yang mendalam karena Kristus bangkit, menang jaya atas kuasa maut (dosa) dan menganugerhakan kehidupan yang baru.