Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kali Ini Kami Harus Merayakan Natal di Perbatasan dengan Pengamanan Ketat

23 Desember 2011   15:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:50 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_158592" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi Natal (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)"][/caption]

Siang tadi, Kapolsek Embaloh Hulu mendatangiku dan memberitahukan bahwa perayaan Natal kali ini akan mendapatkan pengamanan ketat dari Polres Kapuas Hulu. Saya terkejut. Karena baru kali ini, perayaan Natal di dusun ini mendapatkan pengamanan ketat. Apalagi dijelaskan oleh Bapak Kapolsek bahwa nanti setiap umat yang akan memasuki gereja pada malam Natal (24 Desember) dan Hari Natal (25 Desember) akan mendapatkan pemeriksaan di depan pintu gereja menggunakan Detektor bom.

Terus-terang saya sangat keberatan pada awalnya. Mengapa? Karena ini pengalaman pertama di perkampungan perbatasan ini, ada pemeriksaan bom kepada umat. Saya hanya membayangkan perasaan galau dan waswas yang akan dialami umat yang merayakan Natal. Mereka pasti akan terkejut apalagi pemberitahuannya baru pada hari ini, sehari sebelum Malam Natal. Kapan bisa diberitahukan kepada umat atas ketidaknyamanan yang akan mereka alami?

Akan tetapi, keberatan saya harus dikalahkan oleh pernyataan Kapolsek: "Bapak, kami hanya menjalankan tugas yang diperintahkan atasan. Seluruh Indonesia diberlakukan Operasi Lilin, tidak terkecuali di wilayah kita yang mayoritas penganutnya adalah orang Katolik. Lebih baik mencegah, daripada mengobati. Kepolisian tidak mau kecolongan lagi. Siapa tahu ada penyusup dari mana-mana yang akan mengacaukan ketenangan perayaan Natal tahun 2011, mengingat wilayah kita letaknya di perbatasan. Karena itu, kami dari Kepolisian Sektor Embaloh Hulu meminta petunjuk kira-kira di lokasi mana, bisa dibangun pos pengaman."

Meskipun dengan berat hati, aku pun menyetujui permintaan Kapolsek, apalagi pemberitahuannya agak mendadak dan kami tidak cukup punya waktu untuk memberitahukan kepada seluruh umat agar mereka tidak terkejut dengan pengamanan dan pengawalan ketat dari kepolisian.

Dibangunlah Pos penjagaan di pintu masuk gereja. Apa yang terjadi sesudah pos berhasil di bagun berupa sebuah tenda darurat, sore hari tadi? Bayak telpon dan SMS masuk menanyakan: "Mengapa dibangun pos jaga dari kepolisian di depan pintu masuk gereja? Apakah ada ancaman bom? Mengapa baru kali ini, perayaan Natal kita dijaga polisi dari Resort Kapuas Hulu?" Aku pun sibuk membalas sms dan menjelaskan kepada umat bahwa semuanya itu bagian dari langkah antisipatif dari pihak keamanan. Tetapi tidak semua umat merasa puas dengan jawaban yang kuberikan. Karena bagi mereka kehadiran pihak keamanan justru tidak lagi menjadikan perayaan Natal kali ini berjalan natural. Kehadiran pos penjagaan di depan pintu masuk gereja justru menimbulkan perasaan tidak aman ketika akan merayakan Ekaristi Natal.

Malam ini, saya berpikir kembali apakah perlu Operasi Lilin dengan pengamanan ketat dari pihak kepolisian di daerah pedalaman seperti ini? Bukankah sudah ada seksi keamanan dalam kepanitiaan Natal kali ini yang terdiri dari umat sendiri? Apakah relevan untuk mengadakan pemeriksaan menggunakan detektor bom di depan pintu masuk gereja, mengingat bahwa hampir semua umat yang mengikuti perayaan ini sudah saling mengenal? Lalu bagaimana dengan akomodasi para aparat yang akan bergantian piket? Apakah ditanggung oleh pihak Gereja ataukah pengamanan sampai ke pedalaman ini juga dianggarkan melalui APBN?  Wah pusing jadinya memikirkan semuanya ini.

Satu hal yang saya doakan dan harapkan: semoga umat tetap merasa nyaman, aman, dan damai dalam merayakan Natal kali ini, meskipun dengan penjagaan dan pengawalan ketat dari kepolisian resort. Sebab ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka ketika harus merayakan Natal dengan pengamanan khusus. Biarkan suasana natural dan kedamaian khas dusun ketika merayakan natal, tidak direnggut secara psikologis oleh pengamanan antisipatif ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun