Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ironi Kasih

21 April 2012   12:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:19 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335012819831534712

Sumber Gambar Ilustrasi: mureo.com

Atas nama rindu di kelam malam Kau datang padaku Kau kecup bibirku Mesra

Kita pun bergumul dalam rasa Lalu kau katakan 'Ini yang terakhir'

Dengan sayang kau ikat aku Dalam kasihku kuserahkan diriku Karena cintaku kau arak aku sebagai maling Aku nista seperti kecupmu

Sebagai pelacur aku kau adili Sebagai pengkhianat aku kau hukum Kau cambuk aku dengan duri

Pada tiang perkasamu kau paku aku Dalam nafsu kau sibak auratku Malu aku telanjang di hadapmu

Tombak kemaluanmu menikam lambungku Penuh birahi kau sedot darahku Kau sembur ke mulutku kala kuhaus

Lalu Ketika selaput keagunganku sobek di langit Mengiringi desah terakhirku Aku berkata, 'Lama Sabatani, Kenapa kau tinggalkan aku?'

Aku tertunduk Malu aku Mati sebagai jalang Di puncak durjanamu

dan, ketika rohku mengembara Kulihat jasadmu tergantung dalam rona sesal Pasrah pada burung nazar yang menggaulimu

Aku tetap mencintaimu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun