Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Goresan Wanita Pezinah di Akhir Pekan

7 Juli 2012   08:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keenakan daging dan hasrat yang menggebu-gebu telah membuatku terhanyut dalam kenikmatan sesaat. Ketika semuanya berjalan menuju puncak kenikmatan, terdengarlah gedoran di pintu kamarku sambil berteriak; "Wanita sundal! Pezinah! Rajamlah dia dengan batu sampai mati!" Setelah itu, aku tidak sadar lagi entah dibawa ke mana oleh saudara-saudara sebangsa dan seagamaku yang menganggap diri lebih suci dari kami yang lain di hadapan umum.

Aku tersadar kembali ketika di hadapanku duduk sesosok Tubuh anggun yang kepada-Nya tak mampu kuangkat wajahku untuk memandang-Nya, maka hanya debu di kaki-Nya saja yang bisa kulihat dengan mataku, sementara teriakan saudara-saudaraku semakin keras terdengar; "Rajamlah dia dengan batu! Dasar wanita sundal! Pendosa....dan makian apa lagi yang tak mampu kudengar dengan telingaku.

Bagiku, inilah akhir dari sebuah kehidupan yang telah gagal kujalani sebagai seorang ciptaan yang secitra dengan Penciptaku. Aku tak berdaya di hadirat-Nya dan hanya berpasrah untuk menerima semua yang akan diperbuat kepadaku sesuai dengan hukum kami.

Sambil menunggu saat batu-batu mendarat di tubuhku aku dikagetkan oleh Suara lembut yang merasuk kalbu di relung hatiku yang paling dalam tanpa nada penghakiman; "Hai, perempuan, Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."(Yoh 8:11)

Mendengar ungkapan kasih dan pengampunan yang tak terbatas itu, aku menjerit dan menjerit tapi kata tak mampu terucap dari mulut, bibir hanya bergetar tanpa suara, air mata pun tak mampu mengalir....Aku tidak tahu kenapa...tapi apa yang kurasakan sewaktu mendengar ucapan lembut itu, hatiku bagaikan tercipta kembali seperti ketika aku keluar dari Sang Pencipta. Apa yang aku rasakan adalah sebuah hati baru telah ditempatkan dalam ragaku. Ya, sebuah kehidupan baru datang di saat ajal menjemput. Pengampunan-Nya telah menyadarkanku betapa aku berarti di hati-Nya. Kasih dan kelembutan-Nya telah mengangkat martabatku dari wanita hina menjadi ciptaan yang bermartabat.

Hari ini, aku ingin membisikkan di telinga dan relung hatimu yang paling dalam bahwa siapa pun engkau dan apa pun dosa-dosamu sepertiku, tapi di Hati-Nya selalu ada ruang kosong untukmu. Engkau tidak membutuhkan sebuah peristiwa tragis sepertiku untuk merasakan pengampunan-Nya, karena sesungguhnya Ia selalu menanti saatnya engkau kembali kepada-Nya. Aku telah merasakan kelembutan kasih dan pengampunan-Nya, maka kubagikan pengalamanku ini kepadamu agar engkau pun mengalami apa yang dulu pernah kualami.

Aku, wanita pezinah yang telah bertobat dan ingin agar engkau pun merasakan pengampunan-Nya seperti diriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun