Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cerita Perbatasan: Komitmen Kaum Muda untuk Menjaga Kelestarian Alam Borneo

19 Desember 2011   15:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:02 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_149903" align="aligncenter" width="672" caption="Para Peserta Perkemahan Alam Terbuka Berpose Bersama Para Fasilitator"][/caption]

"Masa depan bangsa berada di tangan kaum muda. Demikianpun masa depan Gereja berada di tangan generasi muda. Karena itu kaum muda  perlu didampingi dengan serius, tetapi dengan pendekatan yang cocok untuk dunia mereka."

Dalam rangka pembinaan kaum muda, Gereja Katolik Paroki Santo Martinus mengadakan kemah rohani bersama kaum muda sekecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu selama 3 hari di Bukit Pandan yang diselenggarakan mulai dari tanggal 16-18 Desember 2011. Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan dari Orang Muda Katolik (OMK) Paroki santo Martinus, Keuskupan Sintang dalam rangka retret tahunan mempersiapkan diri menyongsong pergantian tahun.

Adapun tema umum yang diusung dalam camping rohani tersebut adalah "Menjadi Orang Muda Katolik yang Beriman Teguh dan Mempunyai Hati bagi Segenap Ciptaan." Inilah gol yang mau dicapai bersama melalui retret outbond tersebut. Hal ini berangkat dari keprihatinan untuk mempersiapkan kaum muda perbatasan menyongsong perubahan sosial yang dibawa masuk oleh arus globalisasi yang dipicu oleh produk-produk teknologi informasi dan terbukanya pintu masuk bagian Timur Indonesia dan Malaysia di ujung timur Kalbar. Disadari bahwa hanya internisasi nilai-nilai keagamaanlah yang bisa menjadi "saringan utama" bagi pengaruh-pengaruh negatif arus perubahan yang menggerogoti gaya hidup kaum muda. Karena itu, kegiatan ini pun mempunyai target mempersiapkan kaum muda di perbatasan menghadapi aneka perubahan gaya hidup yang tidak bisa dibendung oleh hadirnya perangkat teknologi serta semakin terbukanya wilayah mereka terhadap pergaulan lintas bangsa dan budaya.

Oleh karena itu, kegiatan ini dimulai dengan mendidik kaum muda kisaran umur 13-35 tahun, baik yang masih sekolah di bangku SLTP, SLTA, Kuliah, maupun yang telah bekerja tetapi masih melajang, untuk mencari dana secara mandiri. Mereka mengumpulkan kepingan-kepingan rupiah untuk kegiatan ini dengan menjual barang-barang hasil kreasi mereka di berbagai kesempatan di mana ada keramain. Mereka juga yang menentukan sendiri lokasi perkemahan, materi yang cocok dengan kebutuhan mereka, membangun tenda-tenda perkemahan di tengah hutan berdekatan dengan air terjun yang masih perawan dan alami.

Lokasi perkemahan terletak di wilayah perbatasan dengan Taman Nasional Betung Kerihun, 5 Km dari jalur lintas utara Putussibau-Badau-Malaysia. Lokasi ini dipilih karena hutannya masih perawan, berdekatan dengan air terjun Sungai Pandan yang masih jernih, dan jauh dari pemukiman penduduk.

Di lokasi perkemahan dibangun 3 tenda penginapan untuk peserta putra dan 4 tenda untuk peserta putri, masing-masing berdaya tampung 15-20 orang; 1  tenda dapur yang berdekatan dengan anak sungai, 1 tenda untuk genset, dan satu tenda berdaya tampung 200 orang sebagai tenda utama. Semuanya dikerjakan secara bergotong-royong oleh para peserta.

[caption id="attachment_149905" align="aligncenter" width="648" caption="OMK Bergotong-royong Membangun Tenda Perkemahan di Tengah Hutan, di Tepian Sungai Pandan"][/caption]

Jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan perkemahan ini 170 orang dari dua kelompok suku: Suku Dayak Iban dan Dayak Tamambaloh. Sebagai fasilitor dan pemateri dalam perkemahan ini adalah seorang Pastor, Seorang Diakon dan seorang frater dan dibantu oleh LSM Sebatopa, sebuah LSM lokal yang bergerak dalam bidang konservasi.

Pada hari pertama, para fasilitator mengajak kaum muda peserta outbond untuk mengenal dan mencintai alam mereka. Mereka diajak untuk mengenal kisah penciptaan alam semesta dalam Kitab Suci. Di sana dikisahkan bahwa pada awal mulanya Tuhan menciptakan alam semesta "baik adanya."  Manusia diciptakan terakhir sesudah alam semesta diciptakan. Tujuannya agar manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri ikut ambil bagian mengemban tugas Pencipta dalam merawat, menjaga, dan melestarikan alam semesta agar mencukupi kebutuhan seluruh generasi yang mendiami bumi. Namun karena keserakahan manusialah, maka alam menjadi rusak, lantaran dieksploitasi secara berlebihan. Di dalam sesi ini peserta diajak juga oleh para fasilitor untuk menikmati udara yang segar, air yang jernih, pohon-pohon yang rindang, kicuan burung yang merdu untuk mengagumi Sang Pencipta alam semesta serta mengenangkan jasa para leluhur mereka yang telah mewariskan alam yang lestari ini bagi mereka. Dengan cara ini, di akhir sesi hari pertama ini, kaum muda diajak untuk menyimpulkan bahwa sama seperti para leluhur dan orang tua mereka telah menjaga, merawat dan melestarikan alam, mereka pun mempunyai tanggung jawab moral yang sama seperti para leluhurnya. Mereka harus menjaga hutan Kalimantan agar tetap lestari untuk mewariskan udara dan air yang segar serta jernih bagi anak-cucu mereka.

[caption id="attachment_149906" align="aligncenter" width="648" caption="Menyimak Penjelasan Fasilitator tentang Pentingnya Melestarikan Alam seturut Amanat Pencipta Alam Semesta"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun