[caption id="attachment_277268" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]
Rilisan laporan 'temuan' Fitra tentang anggaran blusukan Jokowi-Ahok yang mencapai 26,6 miliar bak 'bola salju' yang dilemparkan ke publik. Bola salju ini menggelinding dan menimbulkan reaksi pro kontra baik tingkat masyarakat arus bawah maupun di kalangan elit, para pengamat, dan praktisi politik. Tidak terkecuali Jokowi dan Ahok pun memberikan tanggapan berupa klarifikasi soal anggaran tersebut.
Akan tetapi, tanggapan Ahok atas persoalan ini memang lebih 'provokatif' dibandingkan tanggapan Jokowi. Menurut Ahok, aksi blusukan Jokowi turut mendongkrak elektabilitas Jokowi sehingga bisa saja kemudian ditakuti oleh para capres lain yang tidak bisa mengikuti gaya blusukan Jokowi. Oleh sebab itu, Ahok 'mencurigai' ada tangan-tangan tersembunyi di balik Fitra misalnya para kandidat capres lain yang memanfaatkan Fitra di belakangnya.
"Aksi blusukan turut meningkatkan popularitas Jokowi. Hal ini, sambungnya, bisa menimbulkan ketakutan bagi kandidat capres lainnya. Basuki menilai, rilis Fitra bahwa anggaran blusukanJokowi capai Rp 26,6 miliar merupakan pesanan pihak tertentu. “Saya membaca mungkin capres lain enggak bisa nyontek gaya blusukan Pak Jokowi. Pak Jokowi kan emang gaya hidupnya begitu. Saya aja enggak bisanyontek,” ucapnya (kompas.com).
Pernyataan ceplas-ceplos Ahok ini kemudian menjadi gelindingan bola salju yang semakin besar. Sejumlah politisi parpol pun buka suara menanggapi pernyataan Ahok.
Dari kubu Partai Demokrat, Wakil Ketua Umumnya, Max Sopacua meminta Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok agar tidak memolitisasi aksi blusukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi. Karena menurutnya, apa yang disampaikan Fitra terkait anggaran blusukan tidak ada kaitannya dengan elektabilitas Jokowi sebagai capres 2014. Ahok diminta untuk memberikan tanggapan soal anggaran saja tanpa harus dikait-kaitkan dengan politik. Bahkan, Max Sopacua lebih jauh membantah bahwa Fitra bukanlah bagian dari Demokrat dan lagian Demokrat belum mempunyai capres sampai saat ini.
“Kalau mau kritik, tentang anggarannya saja. Benar enggak anggaran itu? Enggak usah dibawa ke politik. Emang Fitra itu partai Demokrat apa?” ucap Max (kompas.com).
Hal senada juga disampaikan, Nurhayati Ali Assegaf. “Jangan merasa hanya Jokowi yang blusukan, itu salah,” ucap Nurhayati (kompas.com). Menurutnya aksi blusukan atau turun ke bawah bukan hanya milik Jokowi tetapi menjadi kewajiban setiap pemimpin untuk turun ke bawah, tetapi yang diutamakan adalah hasilnya, bukan aksinya.
Selain itu, salah seorang kandidat capres yang akan mengikuti konvesi PD juga bereaksi terhadap pernyataan Ahok yakni Irman Gusman. Menurutnya, blusukan sama sekali tidak berkaitan dengan elektabilitas seseorang untuk menjadi capres.
“Itu style of leadership orang, blusukan nggak ada pengaruhnya dengan elektabilitas. Sebelum Jokowi blusukan, sudah banyak pemimpin di negeri ini yang juga melakukannya. Saya jadi anggota DPD juga sudah blusukan, malah keliling Indonesia,” ujar Irman di Kompleks Parlemen (kompas.com).
Dari Kubu Golkar, Ade Komarudin meminta agar Basuki tidak berburuk sangka terhadap capres lain. Karena menurutnya, aksi blusukan Jokowi juga dilakukan oleh ARB, capres dari Golkar yang katanya juga suka blusukan sama seperti Jokowi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!