Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biarkanlah

14 Juni 2011   11:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_113979" align="aligncenter" width="361" caption="arantau.wordpress.com"][/caption]

Anganku melepasmu pergi...

Seribu detak berdentang keras iringi jejak hadirmu di nafasku.

Adamu seharusnya murni, tetap suci tak peduli apa mauku.

Sosokmu semestinya tak bercela, tanpa noda meski aku penuh dosa.

Namun keakuanku mengais keluar dari penjaranya di sisi terhitam jiwaku

Auranya tak tulus ingin mencengkerammu.

Aku ingin melepasmu pergi...

Kau dan aku berdiri di sepanjang sisi jalan,

tegar bergandengan saat dunia mencemooh

Kau dan aku meminum habis kesunyian,

diam kita tercenung saat malam terlelap.

Aku dan kau saling melempar kata,

kadang kau tak tahu aku menuju titik tergelapku.

Lalu kulihat untaian merah di jari kita memudar

secepat cahaya dan aku jadi monster yg menggali galaksi di antara kita.

Aku melepasmu pergi!

Kosong itu hanya sementara.

Hampa itu tak pernah abadi.

Kau bukan yg awal apalagi pertama.

Tinggalkan anganmu untuk jadi satu-satunya

dan terakhir.

Karena aku melepasmu...

Kau tak akan suka kekang itu

kini aku melepasmu...

Saat bosan mulai merajai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun