Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Remaja Putus Cinta, Waspadalah

9 Oktober 2019   01:48 Diperbarui: 9 Oktober 2019   09:48 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ih....sebelllllllllllll dan BeTe banget Gw, diputusin pacar di malam minggu. Maunya minum racun tikus aja!!!!" sebuah status seorang anak remaja muncul di linimasa akun Facebook saya. 

Status ABG ini tentu saja menuai banyak komentar dari akun yang berteman dengannya. Mayoritas menunjukkan kepedulian yang intinya melarangnya melakukan tindakkan nekat bunuh diri. Sayangnya ada yang membulinya dengan mengatakan: cuman cinta monyet, kok galau?

Ketika direnungkan, kalimat ABG tersebut sebenarnya sering dikatakan oleh orang-orang yang pernah mengalami patah hati. 

Di keluarga kami, sejak saya beranjak remaja, orang tua senantiasa mengingatkan putra-putrinya agar hati-hati ketika mulai puber dan jatuh cinta. Karena dampak dari orang yang kasmaran maupun yang patah hati akan sangat mempengaruhi suasana hidup keluarga. Hal ini benar adanya.

Bila anak baru kasmaran, suasana lingkungan keluarga terasa serba indah, ceria, dan penuh warna. Semua anggota keluarga merasakan betul virus cinta yang sedang merasuki salah seorang penghuninya. Suasana rumah terasa hidup oleh gurauan-gurauan atau ejekan-ejekan kepada yang lagi jatuh cinta yang ditangkap sebagai humor atau bumbu semangat untuk semakin bertumbuhnya rasa cinta.

Sebaliknya, bila seorang anak mengalami patah hati, suasana rumah menjadi muram, komunikasi yang tidak tepat dan ejekan remeh bisa menjadi bahan pertengkaran. Orang rumah menjadi tidak nyaman, serba salah, serta penuh ketegangan menghadapi anak remajanya yang lagi patah hati.  

Seperti curhatan yang dikemukakan seorang ibu: 

 "Saya harus bagaimana menghadapi anak saya yang baru diputus cinta oleh pacarnya? Saya merasa serba salah, karena kalau ditanya baik-baik pun,  jawaban anak bukan kata-kata yang lembut dan enak didengar. 

Eh malah yang muncul kata-kata kasar, menyinggung perasaan saya, dan akhirnya terjadi pertengkaran antara saya dengan anak saya. Buntutnya, saya yang menangis dan anak masuk kamar, mengunci diri, dan tidak mau makan. Jadi, suasana rumah menjadi kacau dan tegang."

Permasalahan di atas dapat menjadi suatu bahan permenungan bagi orang tua yang memiliki anak remaja yang sedang berpacaran. Orangtua mestinya mempersiapkan diri anaknya sejak dini sebelum mulai memasuki masa puber dan terlibat cinta monyet. 

Sehingga orangtua tidak kebingungan dalam bersikap ketika nantinya anak bertengkar dengan pacarnya atau sampai terjadi putus cinta yang menjadikan anak patah hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun