Pertama, Pancasila adalah IDEOLOGI bersama yang telah final karena kelima silanya merupakan kristalisasi nilai-nilai yang dianut semua agama dan kebudayaan di Indonesia.Â
Kedua, Pancasila dalam sejarahnya justru menjadi kekuatan pemersatu bangsa untuk melawan kelompok-kelompok yang ingin menggantinya dengan ideologi yang lain.
Hari kesaktian Pancasila menjadi momen anamnesis bagi setiap anak bangsa bahwa ideologi komunis tidak bisa mengganti Pancasila. JUSTRU komunismelah yang dilawan dengan Pancasila karena bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Ketiga, ketika masa orde baru Pancasila tetap menjadi ideologi pemersatu bangsa. Melalui aneka indroktinasi, Pancasila ditanamlan kepada semua anak Indonesia sebagai ideologi bangsa yang tidak bisa diganti. Penataran P4 yang saya alami ketika masih di sekolah dasar menjadi bukti bahwa Pancasila adalah payung kemajemukan indonesia.
Keempat, tuduhan bahwa Pancasila memberangus gerakan Islam di masa kini tentu tidak benar sebab gerakan Islam yang dimaksudkan oleh pembuat video adalah kelompok HTI yang tidak mengakui Pancasila sebagai Ideologi bangsa.
Yang terjadi justru pemerintah ingin memastikan bahwa jangan sampai Ideologi Pancasila diganti dengan ideologi lain yang malah tidak mengakomodir kemajemukan/kebhinekaan yang membentuk keindonesiaan kita.
Kelima, yang harus dikeritik bukanlah Ideologi Pancasila, tetapi rezim yang melenceng dari nilai-nilai Pancasila dalam kebijakkan politik, sosial, ekonomi, dll.
Itulah yang terjadi dalam setiap rezim mulai dari Bung Karno, Soeharto, sampai pada Jokowi. Yang dikoreksi adalah kinerja pemerintahnya: sejauh mana nilai-nilai Pancasila tampak dalam kepemimpinan mereka.Â
Bagi saya, sebagai sebuah ideologi, Pancasila sudah final dan tidak bisa diutak-atik lagi. Mengutak-atik ideologi Pancasila, apalagi hendak menggantinya dengan ideologi yang lain berarti memberontak terhadap NKRI.
Jika demikian, pemerintah dan aparat keamanan tidak boleh diam: tangkap dan binalah orang-orang tersebut agar kembali mencintai Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H