Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salut, Ahok Memilih Fokus Benahi Jakarta daripada Jadi Gubernur

30 September 2015   23:29 Diperbarui: 1 Oktober 2015   08:17 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini saya membaca sebuah pernyataan menarik nan inspiratif dari Ahok. Ahok menyatakan bahwa dirinya tidak takut kehilangan dukungan suara dari warga DKI Jakarta dalam PILGUB DKI Jakarta 2017 mendatang. Dia memilih untuk tetap fokus menuntaskan persoalan banjir dan macet Jakarta dan semua program unggulan DKI lainnya seperti yang tercantum dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017. Untuk merealisasikan program-program ini, AHOK terpaksa harus berhadapan secara langsung dengan masyarakat kecil di pinggiran sungai yang rumah-rumahnya harus digusur, kepentingan sebagian masyarakat menengah kebawah yang diganggu, dan kepentingan-kepentingan para pegawai birokrasi serta para elit partai yang diblokir. Di sini, Ahok sadar bahwa sikap, tindakan, dan keputusannya selama ini tidaklah POPULIS untuk sekedar menuai CITRA SEMU di mata masyarakat DKI Jakarta.

Hal ini tentu akan melahirkan antipati yang masif di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah yang mudah dicuci otaknya oleh para lawan politik Ahok. Ahok memilih untuk tidak populis hanya demi investasi politik semata, lantas berkompromi dengan semua orang termasuk yang menduduki tanah negara puluhan tahun. Ia memilih merelokasi mereka ke rusun yang layak dan pemukiman mereka diperlebar kembali menjadi aliran sungai. Ia tetap konsisten menormalkan aliran sungai yang bertahun-tahun dibiarkan oleh para pemimpin sebelumnya, meskipun oleh tindakannya itu ia dicaci maki dan dianggap melanggar HAM. Baginya konstitusi harus ditegakan dan keselamatan jutaan masyarakat DKI Jakarta dari bahaya banjir tahunan menjadi prioritas. Ia tidak takut jika oleh tindakannya ini, ia akhirnya tidak dipilih lagi oleh warga DKI yang mendiami tanah negara tersebut. Toh ia tidak sekedar menggusur tanpa menyiapkan alternatif. Ia membangun rusun dan menyediakan pemukiman yang layak bagi mereka sebelum melakukan tindakan penggusuran.

Ahok juga tetap memilih ceplas-ceplos atau lugas dalam menyampaikan apa yang menurutnya benar, tanpa harus memolesnya dengan kata-kata indah-normatif ala SBY, meski gaya komunikasinya ini bisa membuatnya harus kehilangan simpati publik. Meskipun gaya berkomunikasinya selalu dikritik dan dijadikan alasan untuk menjegal langkahnya, Ahok tidak mau mengubahnya hanya sekedar sebuah pencitraan palsu. Baginya, kebenaran harus disampaikan dengan sederhan, lugas, dan tepat sasar agar semua lapisan masyarakat memahami maksud di balik kata-katanya. Baginya, ukuran kesantunan itu relatif. Banyak pemimpin yang santun dalam tutur kata atau berpidato tetapi sesungguhnya adalah pembunuh berdarah dingin yang mengorupsi uang rakyat untuk kepentingan keluarga dan golongannya. 

Ahok juga memilih hengkang dari parpol yang selama ini mendukungnya, meskipun ia tahu bahwa dukungan parpol itu penting. Tetapi ketika polose parpol tidak sesuai dengan nuraninya dan tidak lagi menyuarakan aspirasi masyarakat, ia memilih untuk menjadi independen karena baginya konstitusi adalah panglima. Parpol hanyalah sarana untuk mengabdi pada kepentingan rakyat. Jika parpol tidak lagi mengabdi pada kepentingan rakyat, parpol sudah kehilangan jati dirinya. Jika parpol sudah kehilangan jati dirinya, maka untuk apa ia berlama-lama terikat padanya? Ia memilih untuk bebas dari intimidasi kepentingan parpol karena kepentingan masyarakat DKI Jakartalah yang ingin diperjuangkannya. Meskipun oleh tindakannya ini, ia terus digembosi oleh para petinggi dan elit parpol yang dulunya penjadi pendukungnya untuk menjadi DKI 2 bersama Jokowi. Ia tahu konsekuensi ketika dianggap sebagai pengkhianat parpol, ia akan diserang habis-habisan. Langkahnya untuk menjadi DKI 1 pasti akan dijegal abis-abisan oleh parpol. Ia tidak takut, meskipun untuk itu ia harus kehilangan dukungan partai. Lebih baik menyelesaikan persoalan DKI Jakarta daripada setiap hari harus dibebani dengan pesanan parpol dalam mewujudkan aspirasi masyarakat DKI Jakarta.

Semuanya mau mengatakan apa? Ahok memang benar-benar merasa terpanggil untuk membangun Indonesia dengan caranya. Jiwa nasionalisme dan patriotisme mengalir dalam nadinya, dalam darahnya, dalam tubuhnya. Berbeda dengan kaumnya yang kebanyakan memilih untuk berdagang saja dengan tenang, Ahok malah menceburkan diri dalam dunia politik yang penuh intrik dimana kehadirannya pasti akan selalu dianggap sebelah mata oleh manusia-manusia yang pikirannya sudah dicekoki oleh semangat primordial nan sempit. Jiwa nasionalisme dan patriotisme Ahok sudah terbukti sejak di Bangka Belitung sampai ke Senayan dan DKI I. Karena ia sadar, ketika hanya menjadi seorang pengusaha ia hanya bisa menolong sedikit orang dari masyarakat Indonesia. Tetapi dengan menjadi Bupati atau Gubernur, ia bisa membantu lebih banyak orang melalui kebijakannya. Ia bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan melalui negara untuk menyejahterahkan masyarakat yang dipimpinnnya. Ia terpanggil menjadi pemimpin untuk membangun Indonesia melalui jalur pemerintahan.

Atas dasar itulah maka bisa dihapami mengapa Ahok sepertinya terkesan nothing to lose menghadapi bursa pilkada DKI Jakarta 2017. Ia tidak mau jatuh dalam upaya-upaya pencitraan semu, lantas tidak menyelesaikan persolan Jakarta pada akarnya hanya sekedar untuk menyenangkan hati para calon konstituennya di masa depan. Ia lebih memilih kehilangan dukungan dari banyak pihak untuk DKI 1 pada 2017 nanti daripada harus berkompromi dengan kejahatan.

Sikap Ahok ini sangat saya dukung. Lebih baik Ahok fokus membenahi masalah Jakarta seperti yang sudah diagendakan. Apa yang menjadi program unggulan DKI Jakarta sedapat mungkin dituntaskan dalam waktu 2 tahun ini. Ahok tidak pelu terbebani dengan persoalan terpilih lagi atau tidak menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Biarkanlah masyarakat DKI Jakarta yang memilah-milah sendiri secara kritis pada saat itu: siapa calon pemimpin yang benar-benar punya visi dan bisa merealisasikan visinya; siapa calon pemimpin yang tidak hanya jago berpidato tetapi juga pekerja keras mewujudkan pidatonya; siapa calon pemimpin yang apa adanya karena ia bersih dan jujur. 

Ahok, tetaplah jadi diri anda sendiri dan fokus merealisasikan program unggulan Jakarta Baru! Biarkanlah kami para sahabatmu yang bekerja mendukungmu melalui jalur independen, karena kami tahu anda masih dibutuhkan DKI Jakarta 1 periode lagi untuk bisa menata kembali Ibu Kota. Yakinlah: jika Tuhan dan alam merestui, manusia pun tidak mampu membendungnya! Itulah garis tangan. Kami tahu, anda seorang pemimpin-pelayan bukan pemimpin-penguasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun