Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengapa SBY Kian Aktif di Sosmed Jelang Lengser?

11 Juli 2013   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:42 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_274254" align="aligncenter" width="606" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPASIANA/Fanpage SBY)"][/caption]

SBY punya akun Twitter, Facebook, Youtube, dan Google Hangout bukan soal ketika dia bukanlah seorang Presiden. Yang kemudian menjadi persoalan adalah motivasi di balik gencarnya Presiden SBY membuka akun sosial media pada masa-masa akhirnya sebagai Presiden RI. Rakyat yang sudah terbiasa dengan metode hermeneutica of suspicion (motode tafsir curiga) untuk membaca dan menafsirkan sebuah data/fakta pasti tergoda untuk 'mencurigai' motivasi utama, niat baik, dan agenda tersembunyi di balik tindakan seorang pemimpin, termasuk presidennya yang mulai aktif di sosial media jelang lengsernya sebagai presiden RI pada 2014 mendatang. Apa alasannya?

Pertama, jika motivasinya agar informasi tentang program pemerintah bisa semakin dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang kian hari kian aktif di media sosial, mengapa baru sekarang ketika menjelang akhir masa jabatannya sebagai Presiden, SBY baru aktif? Mengapa tidak dari dulu? Lalu manfaatnya apa? Apakah dengan menggunakan semua jejaring sosial tersebut, proses komunikasi presiden dengan rakyat secara langsung via media tersebut makin efektif dan efisien? Karena itu, pantas jika rakyat 'mecurigai' dan 'meragukan' motivasi ini.

Kedua, jika motivasinya agar presiden semakin akrab dengan rakyat kebanyakan melalui jejaring sosial, apakah itu realistis? Alasan itu pun dibuat-buat. Sebab pengalaman menggunakan aneka jejaring sosial dengan pengikut ratusan orang saja membuat kita tidak bisa berinteraksi secara intens/boro-boro akrab dengan semua teman-teman atau pengikut. Apalagi jika akun presiden yang jumlah pertemanan dan pengikutnya mencapai ribuan orang tersebut justru tidak dikendalikan langsung oleh SBY selaku pemilik akun. Makin absud dah alasannya.

Dari kedua alasan ini saja kemudian bisa dikatakan bahwa Presiden SBY tidak perlu malu-malu untuk mengakui bahwa motivasi utama di balik kian aktifnya beliau di media sosial jelang lengsernya ini murni dilatari kehausan dasariah yang bersifat manusiawi semata. Intinya, jangan jadikan semunya demi kepentingan rakyat sebagai alibi utama untuk membungkus kehausan pribadi untuk sekedar eksis di sosial media. Apalagi menjelang kekuasaanya berakhir sebagai presiden yang kemudian melahirkan interpretasi bahwa presiden SBY yang pada dasarnya suka akan pencitraan memang membutuhkan media sosial untuk bisa tetap eksis di tengah rakyat (minimal di dunia maya) meski nantinya sudah tidak lagi menjadi presiden pada 2014 mendatang. Apakah salah? Tidak juga. Wajar saja jika memang Presiden SBY ingin mengantisipasi post power syndrom dengan tetap eksis sebagai mantan Presiden RI dua periode di sosial media pasca lengsernya pada 2014 mendatang.

Apakah salah juga jika kemudian rakyat mencurigai bahwa aktifnya Presiden SBY pada pertengahan 2013 jelang 2014 'bermuatan politis' sebagai sarana untuk mempromosikan kandidat capres tertentu yang akan menggantikannya? Tidak salah juga. Itulah resikonya menjadi publik figur yang harus siap dikritisi dari berbagai sudut pandang, termasuk dikritisi dengan menggunakan metode curiga. Ini bukan soal negatif thinking, tetapi sebuah mekanisme kontrol atas apa pun yang menjadi motivasi utama di balik gerakan dan gebrakan seorang pemimpin. Tujuannya, agar rakyat tidak mudah percaya dan diperdayai oleh aneka retorika yang dimainkan untuk melindungi kepentingan-kepentingan tersembunyi di balik aneka kebijakkan apa pun dari seorang pemimpin apalagi seorang presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun