Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nelson Mandela vs Ucapan 'Rasis' Ruhut Sitompul

10 Desember 2013   07:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal Nelson Mandela? Seorang tokoh yang kematiannya ditangisi oleh warganya di Afrika karena perjuangan panjangnya menentang politik Apharteid sehingga membebaskan masyarakat Afrika dari diskriminasi ras.  Kepergiannya juga ditangisi dunia oleh karena hidup dan perjuangannya telah menginspirasi umat manusia yang mendambakan damai di bumi bagi segenap makhluk.

Meskipun secara fisik ia telah berpulang pada 6 Desember 2013 silam, spirit perjuangannya akan tetap abadi di hati umat manusia. Karena melalui perjuangannya, bangsa-bangsa di dunia diajak untuk saling menghargai sesamanya apa adanya dengan segala yang melekat pada dirinya entah suku, agama, ras atau warna kulit. Bahwa semua manusia itu sederajat di hadapan Sang Pencipta, sehingga tidak ada satu manusia pun boleh merendahkan manusia lainnya karena latar belakang yang mereka miliki.

Persis pada hari-hari dunia kehilangan Nelson Mandela, media Indonesia juga dihiasi dengan berita kurang sedap tentang omongan salah seorang politisi Demokrat, siapa lagi kalau bukan Ruhut Sitompul yang diduga berbau 'rasis'. Ia dilaporkan ke kepolisian oleh rekan diskusinya dalam sebuah stasiun televisi swasta, Boni Hargens, pengamat politik dari Universitas Indonesia. Pasalnya, dalam dialog interaktif via jaringan telpon tersebut, Ruhut melontarkan sebuah kalimat kurang sedap terhadap Boni. Boni Hargens yang memang berkulit agak hitam seolah-olah diperolok Ruhut Sitompul dengan pernyataan: "Aku mau tanya, lumpur Lapindo itu warnanya apa? Hitam kan. Ya udah, itu Boni Hargens itu kulitnya hitam" (kompas.com).

Pernyatan Ruhut ini kemudian dianggap oleh Boni Hargens sebagai pernyataan yang berbau rasis, sehingga ia merasa perlu untuk melaporkan Ruhut Sitompul ke polisi terkait pelanggaran UU anti diskriminasi: Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik. Boni kukuh tidak akan mencabut laporannya jika Ruhut tidak meminta maaf kepada masyarakat Indonesia melalui media. Bahkan Boni hendak melaporkan Ruhut ke Badan Kehormatan (BK) DPR RI.

Menanggapi laporan Boni Hargens, Ruhut Sitompul bukannya meminta maaf tetapi tetap berkeras membela diri bahwa yang dikatakannya 'hitam' bukan terkait 'kulit'-nya Boni yang memang berwarna 'hitam' tetapi perilaku Boni sebagai 'pengamat hitam' yang selalu negative thinking terhadap Partai Demokrat, Partai besutan Presiden SBY tersebut.

Pembelaan diri Ruhut ini kemudian didukung oleh sejumlah elit Partai Demokrat. Kerendahan hati untuk mengakui salah memang bukan perkara mudah bagi sebagian pemimpin kita, apalagi oleh seorang pengacara flamboyan.

Oleh karena itu, Boni Hargens memang harus menyelesaikan polemik ini di ranah hukum agar menjadi pelajaran publik bagi masyarakat Indonesia untuk menghargai kebhinekaan yang secara kodrati sudah membentuk Keindonesiaan kita. Bahwa di negara yang Bhineka Tunggal Ika ini, tidak ada satu manusia pun yang boleh sesuka hatinya merendahkan/melecehkan warna kulit sesamanya. Sebab warna kulit yang kita miliki bukanlah permintaan kita tetapi pemberian sejak lahir. Melecehkan warna kulit hitam yang dimiliki oleh sebagian masyarakat Indonesia, berarti menghidupkan kembali politik apharteid yang telah ditentang keras dan kemudian dihapus dari bumi Afrika oleh karena perjuangan Nelson Mandela.

Hargailah perbedaan sebagai sebuah kekayaan yang indah bukan sebagai sebuah ancaman. Sesama itu sederajad di hadapan Sang Khalik: tidak ada yang harus merasa lebih tinggi sehingga merasa pantas untuk merendahkan yang lain di negara Pacasila yang tersusun oleh puzel-puzel kebhinekaan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun