Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Etiskah Media Mempublikasi Foto-foto Sisca Yofie dari Akun Pribadinya?

7 Agustus 2013   07:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:32 5924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13758368692001435777

[caption id="attachment_258516" align="aligncenter" width="461" caption="Illustrasi (nishantratnakar.com)"][/caption]

Ketika detik.com pertama kali menurunkan berita tentang wanita geulis (cantik) bernama Sisca Yofie (30) yang dibunuh secara sadis oleh dua orang pria di wilayah Setia Budi Bandung, hati kecilku langsung tergerak untuk mencari informasi pribadi tentang wanita ini. Melalui mesin pencari (google dan fasilitas search Facebook) saya mencari informasi tentang data diri wanita ini.

Dari pencarian itu, memang ditemukan dua akun di Facebook dan satu akun di Twitter yang mengindikasikan wanita ini. Ketiga akun ini memang sudah lama tidak aktif. Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai Sisca di dalam ketiga akun ini. Hanya di dalam salah satu akun Facebook-nya, kita bisa menikmati foto-foto dengan pose menarik Sisca bak seorang model.

Pada saat itu, muncul godaan juga untuk mempublikasikan akun pribadi Sisca dan informasi yang bisa diakses dari ketiga akunnya tersebut. Namun, nuraniku mengatakan sebaiknya tidak, karena sangatlah tidak etis untuk mempublikasikan informasi apa pun yang diambil dari akun pribadi orang yang telah menjadi korban/almarhumah yang tidak mungkin lagi bisa dimintakan izinnya terlebih dahulu. Namun, apakah nurani ini ada juga dalam diri para pewarta saat ini?

Pasti wartawan juga akan menemukan akun-akun atas nama Sisca ini dan tidak lama lagi akan dipublis ke media. Dugaan saya tidak melesat. Akun Facebook dan Twitter dari Sisca juga diburu oleh wartawan detik.com, sehingga pagi ini akun Twitter dan Facebook serta foto-foto Sisca di dalam salah satu akun Facebooknya telah dipublis oleh detik.com. Pewarta pasti akan mengendus setiap akun pribadi dari para korban kecelakaan atau pembunuhan di era jejaring sosial ini untuk menemukan informasi sebanyak-banyaknya tentang diri korban untuk diketahui publik.

Akan tetapi, pertanyaannya adalah etiskah pewarta mempublikasikan informasi pribadi dan foto-foto Sisca atau korban yang telah meninggal yang diambil dari akun pribadinya? Apakah bisa dipertanggungjawabkan secara moral, seorang wartawan memburu informasi dan foto-foto korban di akun jejaring sosial untuk dipublikasikan ke media tentu tanpa sepengetahuan atau seizin pemiliknya yang memang telah meninggal? Menurut saya, sangatlah tidak pantas meski wilayah ini di era jejaring sosial ini terkadang telah menjadi abu-abu apabila informasi pribadi/data pribadi bolah diakses oleh siapa pun.

Namun, ada pelajaran penting tentang hal ini bagi kita. Di era maraknya jejaring sosial seperti ini, mudah sekali orang mengakses data diri, foto, dan tulisan yang menjadi jejak kita di dunia maya untuk aneka tujuan. Apalagi jika kita menjadi korban kecelakaan atau pembunuhan atau terlibat skandal tertentu. Rasa ingin tahu untuk mencari informasi tentang kita yang telah menjadi korban atau pelaku skandal pasti menghinggapi para pewarta. Karena itu, sebaiknya akun-akun pribadi kita semacam facebook disetting sedemikian rupa, sehingga data diri, foto, status, note, dll tidak bisa diakses oleh siapa pun sebebas-bebasnya. Ada fitur-fitur di Facebook yang bisa membantu kita untuk memprivatisasi segala informasi yang menurut kita tidak boleh seenaknya dibaca, dilihat, dan diakses oleh publik kecuali teman-teman atau keluarga kita.

Selain itu, hendaknya lebih hati-hati dalam meng-update status, foto-foto, dan tulisan. Jangan sampai foto-foto, status, dan tulisan vulgar/seronok yang kita publish malah menjadi bumerang bagi kita karena kemudian menjadi mangsa rasa ingin tahu publik dan menjadi bulan-bulanan media.

Apa yang kita tulis dan unggah akan menjadi jejak abadi di media. Tinggal pilih: mau mempublish materi yang seperti apa? Jangan sampai materi unggahan kita kemudian menjadi 'jejak hitam' yang dikenang publik di era yang semakin sulit untuk menjaga privasi dan runtuhnya batas antara pantas/tidaknya pewarta mengakses data pribadi tanpa seizin pemiliknya seperti saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun