[caption id="attachment_206071" align="aligncenter" width="518" caption="Jokowi, Dahlan Iskan dan Mahfud MD/Kompasiana (KOMPAS.com)"][/caption]
Beberapa tahun belakangan ini Indonesia boleh dibilang mengalami krisis kepemimpinan terutama para pemimpin bangsa. Berbagai macam tokoh tampil di pentas perpolitikkan negeri ini, namun semuanya bak rumput liar di musim panas, layu sebelum berkembang. Mengapa? Karena sepak terjang mereka setelah memimpin tidak menjawab kerinduan hati terdalam masyarakat akar rumput di negeri ini. Kebanyakan yang tampil diusung Partai selalu pada akhirnya dikendalikan “hasrat partai” daripada “hasrat terdalam” masyarakat akar rumput. Semuanya seolah mau mengatakan bahwa partai-partai politik di negeri ini sebenarnya berjalan tanpa ideologi mendasar yang mejawab nurani seluruh rakyat. Partai-partai politik lebih menjadi alat untuk memperoleh kekuasaan. Orientasinya bukan untuk kepentingan rakyat tetapi lebih kepada eksistensi partai. Buktinya, pemimpin-pemimpin yang diusung partai kebanyakan tidak mencerminkan “hasrat terdalam rakyat kecil” di negeri ini. Akibatnya, dielu-elukan pada masa kampaye dan pemilihan, tetapi dicerca rakyat pendukungnya setelah duduk di tampuk kekuasaan. Tanya kenapa? Karena pemimpin yang diusung partai adalah tokoh-tokoh yang bermentalitas aristokrat, birokratis, formal, mementingkan citra diri-partai-golongan, dan NATO (No Action Talk Only). Hal ini membuat rakyat jelata yang umumnya masih memiliki nurani merasa dikacangi.
Namun di hati kecil rakyat masih tersimpan kerinduan akan tampilnya figur pemimpin dengan kualitas diri pelayan-pemimpin yang melayani-dan lebih mementingkan kedekatan dengan masyarakat kecil, tidak terlalu peduli birokrasi berbelit, mengutamakan nurani dan kepentingan rakyat banyak, dan tidak banyak bicara tetapi banyak berbuat bukan demi citra diri tetapi demi kepentingan bangsa. Alias seorang nasionalis sejati baik di atas kertas maupun di atas pentas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di tengah krisis kepimpinan tersebut, perlahan-perlahan mulai muncul tokoh-tokoh non-partai politik semacam Mahfud M.D, Dahlan Iskan, dan minus Joko Widodo (kader dadakan PDIP). Figur ketiganya seolah-olah menjawab apa yang sesungguhnya paling dirindukan mayoritas rakyat negeri ini. Kehadiran mereka yang dekat dengan rakyat kecil, selalu tampil informal, praktis, tidak banyak bicara tetapi lebih banyak berbuat, sederhana, berpikir dan bertindak efektif dan efisien tanpa birokrasi berbelit, bermental “wong cilik” langsung membetot hati masyarakat Indonesia tanpa pandang suku, agama, dan budaya. Figur mereka yang terbukti dari rekam jejaknya selama ini langsung menyingkirkan sekat-sekat primordialisme yang sering dimainkan di pentas politik negeri ini. Mereka hadir seolah-olah menjawab apa yang sesungguhnya sangat dirindukan oleh masyarakat akar rumput di negeri ini. Merekalah tipe-tipe pemimpin pelayan, yang menjadikan kekuasaan bukan tujuan tetapi sekedar alat untuk melayani kepentingan bangsa dan segenap rakyat yang mereka pimpin. Ketiganya menjadi primadona untuk sementara di tingkat nasional. Tentu masih banyak pemimpin dengan kualitas diri seperti ini tetapi masih di panggung lokal dan belum tampil di pentas nasional.
Ketiga figur ini tampil tepat ketika bangsa ini akan memilih secara langsung RI 1 dan RI 2 pada 2014 mendatang. Jikalaupun mereka tidak tampil untuk dipilih menjadi RI 1 dan atau RI 2 pada 2014, minimal segenap rakyat Indonesia telah dibuka mata hatinya lebar-lebar untuk menyingkirkan sekat-sekat primordialisme yang seringkali ditunggangi partai politik demi kekuasaan. Rakyat sekurang-kurangnya dibantu untuk memilih untuk jadi RI 1 dan RI 2 di tahun 2014 minimal pemimpin dengan rekam jejak, karakter, dan ketokohan yang mirip dengan Mahmud M.D, Dahlan Iskan, dan Jokowi.
Hal ini tentu menjadi peringatan bagi partai-partai politik di negeri ini, jika anda mau menang pada Pilpres 2014, usunglah tokoh-tokoh dengan sepak terjang seperti ketiga tokoh di atas. Jika tidak, maka jualan anda tidak bakal laku di hati rakyat! Mau laku, usunglah ketiganya atau minimal usunglah tokoh yang dengan kualitas kepempinan seperti mereka. Mengapa? Karena ketiga tokoh di atas telah mendidik nurani rakyat Indonesia untuk memilih orang-orang yang sungguh-sungguh dengan kualitas diri seperti di atas.
Ketiga tokoh inspiratif di atas mengingatkan saya akan kata-kata seorang Guru pada masa lalu kepada murid-muridnya:
"Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”
Mampir Juga:
Rahasia Kepemimpinan Jokowi, Dahlan Iskan, dan Mahfud M.D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H