Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memilih karena Kepepet, Tetaplah Sebuah Pilihan

9 September 2012   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seorang gadis desa mau ke kota, tunggu angkutan desa yang sopirnya kren, mobilnya wangi, dan musiknya oke. Ketika bemo (angdes) pertama muncul, sopirnya ketuaan dan dibiarkan lewat. Muncul mobil ke dua pun dibiarkan, karena meski musiknya oke, tapi mobilnya bau ikan dan sayuran. Mobil ketiga juga dibiarkan lewat karena musiknya jadul meski wangi. Begitu seterusnya sampai hampir tengah hari. Gadis ini mulai gelisah dan muncullah truk angkutan pasir dan dinaikinya meski bau, tanpa musik dan sopirnya kakek-kakek. Yang muncul dalam benaknya yang penting tetap memilih meskipun kepepet."

Ketika usia mulai memasuki tengah hari menjelang senja, yang bisa dipilih makin langka dan pilihan terakhir meski karena kepepet tetaplah pilihan.

Analogi ini dialami oleh seorang sahabat saya. Ia punya tipikal sangat selektif dalam memilih. Saking selektifnya, akhirnya ia kesulitan untuk menemukan lelaki yang sepadan dengannya. Wajahnya cantik, orangnya anggun, dan mempunyai pekerjaan mapan. Secara finansial boleh dikatakan ia sangat mandiri. Tidak sedikit laki-laki yang berminat mempersuntingnya, namun  entah alasannya apa semuanya ditolak.

Kini di usianya yang sudah memasuki 35 tahun, ia mulai terlihat galau. Pasalnya, banyak lelaki sebayanya atau yang seusia di kotanya telah menikah. Yang ada, hanyalah beberapa duda dan rekan-rekan kerja di kantornya yang umurnya di bawah 30 tahun. Seiring karirnya yang semakin menanjak di kantornya, ia semakin disegani oleh pria-pria yang umurnya di bawahnya atau yang memiliki penghasilan lebih kecil darinya. Rupanya semakin tinggi tingkat kemandirian dan kemapanan seorang wanita, semakin minder pria untuk mendekatinya. Inilah yang dialami oleh sahabatku.

Walhasil yang berani hanyalah para duda dan kebetulan ada seorang duren beranak satu yang tidak lain adalah bosnya sendiri, menaruh perhatian khusus kepadanya saat ini. Ia galau karena di satu di sisi ia menyukai pria tersebut. Di sisi lain, ia takut diolok teman-temannya memilih sang duren karena kepepet. Mungkin ada benarnya juga ketika peluang untuk mendapatkan pria yang cocok semakin tipis, maka pilihan semakin terbatas.

Akan tetapi, harus disadari mau duren sekalipun, itu tetaplah sebuah pilihan. Karena itu, saya katakan kepadanya: "walaupun mungkin saja benar bahwa engkau memilihnya karena kepepet dalam arti itu, jika ada cinta di hatimu kepadanya, ia tetaplah sebuah pilihan."

Semoga ia tidak galau lagi dengan pilihannya. Cinta tanpa komintmen sama dengan panas setahun dihapus hujan sehari. Pernikahan tidak hanya butuh cinta, tetapi keputusan dan komitmen untuk mempertahankan cinta agar berbuah kebahagiaan sampai maut memisahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun