Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Kaya Menurut Orang Luar, tapi Dirinya Sendiri Tetap Merasa Miskin

5 Agustus 2012   12:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_191490" align="aligncenter" width="389" caption="Dr willie Smits sedang Berapi-api Memotivasi Para Petani untuk Menggali Potensi Mereka Sendiri dalam Pengembangan Ekonomi Berbasis Kerakyatan dan Lingkungan Hidup (dokpri)"]

1344175615111002860
1344175615111002860
[/caption]

"Tengoklah negara kita. Negara kita mempunyai hutan tropis, cahaya matahari, dan curah hujan yang cukup serta seimbang sepanjang tahun. Ini kemewahan dan surga yang tidak bisa dinikmati oleh negara-negara lain. Anda harus bersyukur, bangga dan jangan pernah menjual tanah kalian kepada siapa pun karena banyak orang dari berbagai negara ingin memiliki tanah, hutan, air, dan cahaya matahari kalian. Negara anda sangat kaya, namun salah dikelolah. Karena itu, tanamlah aren dan karet serta jadilah tuan di atas tanah kalian sendiri! Jangan pernah mau menyerahkan sejengkal tanah dan hutan anda ke siapapun karena seluruh mata dunia mengincar tanah, air, hutan dan cahaya matahari kalian!"

Apa yang disampaikan oleh Willie Smits ini sungguh-sungguh menggugah kesadaran para petani  Embaloh Hulu untuk percaya diri dan mau menjadi tuan di atas tanah mereka sendiri. Karena itu, meskipun semua wilayah di sekitarnya telah diekspansi raksasa perkebunan sawit yang merangsek dari arah Badau, mereka tetap berjuang mempertahankan tanah dan hutan mereka dari gempuran sawit. Mereka berani mengatakan: "nanti kami akan jual kayu ke rekan-rekan yang telah menerima sawit, karena batang sawit tidak bisa dijadikan bahan bangunan di tanah berawa Kalimantan." Mereka juga mengatakan: "biarlah kami yang akan menyediakan beras, sayur, dan lauk untuk wilayah yang telah menerima sawit. Kalau mungkin kami akan menjual air minum bersih untuk mereka karena di wilayah sawit telah kesulitan mendapatkan air minum bersih."

Di balik itu semua, terkandung tekad masyarakat Embaloh Hulu untuk menjadi tuan di atas tanah mereka sendiri di tengah tawaran kemajuan palsu para agen-agen kapitalis sawit yang terus merongrong keteguhan hati mereka.

[caption id="attachment_191493" align="aligncenter" width="389" caption="Dr Willie sedang Menjelaskan Budidaya Aren yang Ramah Lingkungan serta Multifungsi dan Bernilai Ekonomis Tinggi Mulai dari Akar Sampai Pucuknya dibandingkan Sawit. Aren menjanjikan untuk Sumber Energi Alternatif yang Lebih Ramah Lingkungan"]

1344177580959670623
1344177580959670623
[/caption]

Di tengah pandangan-pandangan positif pihak lain (asing) seperti dalam kisah di atas terhadap negeri ini, tidak membuat para pengambil kebijakkan di negeri ini untuk membuka matanya dan mencanangkan kemandirian rakyat untuk swasembada dalam segalanya. Sedikit-sedikit impor sampai jarum jahit dan peniti pun diimpor, gula apa lagi. Padahal alam telah menyediakan segalanya  yang tidak dimiliki oleh negara lain. Para elit lebih suka menggadaikan negeri ini kepada pihak lain dan rakyatnya dijadikan kuli di atas tanah mereka sendiri, daripada mendidik dan memberdayakan rakyatnya untuk tegak mandiri di atas tanah, air, dan hutan mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun