[caption id="attachment_191490" align="aligncenter" width="389" caption="Dr willie Smits sedang Berapi-api Memotivasi Para Petani untuk Menggali Potensi Mereka Sendiri dalam Pengembangan Ekonomi Berbasis Kerakyatan dan Lingkungan Hidup (dokpri)"]
"Tengoklah negara kita. Negara kita mempunyai hutan tropis, cahaya matahari, dan curah hujan yang cukup serta seimbang sepanjang tahun. Ini kemewahan dan surga yang tidak bisa dinikmati oleh negara-negara lain. Anda harus bersyukur, bangga dan jangan pernah menjual tanah kalian kepada siapa pun karena banyak orang dari berbagai negara ingin memiliki tanah, hutan, air, dan cahaya matahari kalian. Negara anda sangat kaya, namun salah dikelolah. Karena itu, tanamlah aren dan karet serta jadilah tuan di atas tanah kalian sendiri! Jangan pernah mau menyerahkan sejengkal tanah dan hutan anda ke siapapun karena seluruh mata dunia mengincar tanah, air, hutan dan cahaya matahari kalian!"
Apa yang disampaikan oleh Willie Smits ini sungguh-sungguh menggugah kesadaran para petani  Embaloh Hulu untuk percaya diri dan mau menjadi tuan di atas tanah mereka sendiri. Karena itu, meskipun semua wilayah di sekitarnya telah diekspansi raksasa perkebunan sawit yang merangsek dari arah Badau, mereka tetap berjuang mempertahankan tanah dan hutan mereka dari gempuran sawit. Mereka berani mengatakan: "nanti kami akan jual kayu ke rekan-rekan yang telah menerima sawit, karena batang sawit tidak bisa dijadikan bahan bangunan di tanah berawa Kalimantan." Mereka juga mengatakan: "biarlah kami yang akan menyediakan beras, sayur, dan lauk untuk wilayah yang telah menerima sawit. Kalau mungkin kami akan menjual air minum bersih untuk mereka karena di wilayah sawit telah kesulitan mendapatkan air minum bersih."
Di balik itu semua, terkandung tekad masyarakat Embaloh Hulu untuk menjadi tuan di atas tanah mereka sendiri di tengah tawaran kemajuan palsu para agen-agen kapitalis sawit yang terus merongrong keteguhan hati mereka.
[caption id="attachment_191493" align="aligncenter" width="389" caption="Dr Willie sedang Menjelaskan Budidaya Aren yang Ramah Lingkungan serta Multifungsi dan Bernilai Ekonomis Tinggi Mulai dari Akar Sampai Pucuknya dibandingkan Sawit. Aren menjanjikan untuk Sumber Energi Alternatif yang Lebih Ramah Lingkungan"]
Di tengah pandangan-pandangan positif pihak lain (asing) seperti dalam kisah di atas terhadap negeri ini, tidak membuat para pengambil kebijakkan di negeri ini untuk membuka matanya dan mencanangkan kemandirian rakyat untuk swasembada dalam segalanya. Sedikit-sedikit impor sampai jarum jahit dan peniti pun diimpor, gula apa lagi. Padahal alam telah menyediakan segalanya  yang tidak dimiliki oleh negara lain. Para elit lebih suka menggadaikan negeri ini kepada pihak lain dan rakyatnya dijadikan kuli di atas tanah mereka sendiri, daripada mendidik dan memberdayakan rakyatnya untuk tegak mandiri di atas tanah, air, dan hutan mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H