Kepala Sekolah: "Boleh, asal jangan bawa-bawa kondom untuk disosialisasikan ya?"
Aktivis: "Gak mungkin pak, kalau yang satu itu tidak boleh diikutsertakan dalam sosialisasi karena itu merupakan salah satu senjata pamungkas untuk meredam penularan dan penyebaran HIV/AIDS."
Kepala Sekolah: "Pokoknya tidak bisa ditawar, jika masih nawar, anda dan team tidak akan diizinkan bersosialiasi di sekolah kami!"
Aktivis: "Oke deh pak, kalau begitu. Setuju aja deh!"
Yah, dua sikap yang berbeda dari dua belahan dunia yang berbeda terhadap benda yang satu ini. Benda yang satu ini memang selalu menimbulkan pertentangan dari berbagai aspek, sementara sebagian orang menganggapnya sebagai "salah satu" senjata pamungkas untuk menanggulangi HIV/AIDS ketika banyak insan yang katanya beragama, beriman, dan bermoral teguh malah tidak menghayati imanya dan menjadi penyebar virus mematikan ini.
Sebuah dilema yang tidak bisa dilihat hitam-putih, terang-gelap, karena dia berada di wilayah arsiran antara harapan dan kenyataan, ideal dan praksis nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H