Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sophia, Aku Mencitaimu Sejak Masa Mudaku (II)

22 Juni 2012   12:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sang Musafir memasuki pasar yang ramai. Di tengah kegaduhan, ia mulai berbicara. Mulanya tidak ada yang mendengarkan dia karena dianggap gila. Ia memang gila dalam rupa, tapi waras dalam kata. Kata-katanya lamat-lamat menghentak sanubari orang-orang pasar. Satu per satu diam mendengarkan penuturannya.

Wahai, kamu sekalian yang gaduh dalam pasar, kegaduhanmu bagaikan lebah yang tidak membawa madu. Dengarkanlah sabda abadi tentang kehidupan, tentang Sophia yang kucintai sejak masa mudaku. Dia kucintai dengan segenap jiwa ragaku dan aku telah membuat perjanjian dengannya menjadi mempelai jiwaku sampai ajal menjemputku.

Sophia yang kucintai adalah pernafasan yang kuasa, daya yang menghidupkan dan menggerakkan segala yang ada. Ia pancaran murni dari kemulian yang maha tinggi. Tidak ada sesutupun yang bernoda masuk ke dalamnya dan mencemarkannya. Sudah dari sediakala ia dibentuk sebelum bumi ada. Sebelum samudera raya ada ia telah lahir. Ia memiliki kemuliaan dan keluhuran yang takterjangkau dan takberakhir dan usianya lebih tua daripada alam semesta.

Dia menyingkapkan dirinya yang terbit dari mulut yang mahatinggi. Ia meliputi bumi bagaikan kabut. Ia telah tinggal di tempat yang tinggi dan tahtanya di atas tiang awan. Seorang diri ia telah menjelajahi lingkaran awan dan berkeliling dalam lubang tubir. Ia telah berjalan di atas gelombang-gelombang laut dan berkelana ti tengah padang dan belentara.

Dalam perzirahannya mengelilihi bumi, ia hanya mencari jiwa terbuka untuk menerima dan mencintai dia. Pada jiwa tersebut, ia akan berakar dan berkembang bagaikan pohon aras di Lebanon dan bagaikan pohon Saru di pegunungan Hermon. Laksana pohon korma di En-Gedi ia akan berkembang, dan laksana pohon mawar di Yeriko. Ia akan tumbuh laksana pohon zaitun yang elok di dataran, dan seperti pohon berangan di tepi air.

Ia semerbak seperti kayu manis dan aspalat, dan meratakan wewangian laksana kemenyan pilihan, seperti Galbanum, Oniks dan Stakte, dan bagaikan asap dupa nan harum mewangi dari balik kemah suci. Seperti pohon Tusam, ia merambatkan cabang-cabangnya, dan ranting-ratingnya elok jelita. Bagaikan pokok anggur ia menumbuhkan tunas-tunas nan jelita dan bunganya menjadi buah yang banyak dan masak sedap.

Dialah Ibu Cinta Sejati, ibu orang yang berada dalam kekuatiran, ibu pengetahuan, dan ibu pengharapan yang suci. Ia adalah pengantara segala kebaikan, kebenaran, dan keindahan.

Ia pun selalu menyerukan kepada jiwa yang ingin memiliki dia: "Hai kamu sekalian yang menginginkan daku, datanglah kemari, kenyangkanlah dirimu dengan hasilku. Sebab kenanganku lebih manis daripada madu, dan pusakaku lebih sedap dari cairang sarang lebah. Yang mengenyam aku masih lapar terus dan yang meminum aku masih dahaga terus. Barangsiapa mendengarkanku takkan dikecewakan, dan yang bekerja dengan daku tidak akan bernoda. Mereka yang menetap dalam aku akan memiliki hidup selamanya."

Mereka yang telah mengenal aku akan mengalami menaiki tangga demi tangga kehidupan. Pada tangga pertama mereka hanya akan mendengarkan yang abadi daripada apa pun juga yang paling sedap didengar. Di tangga yang kedua mereka akan bertindak dalam dia dan oleh dia dengan kesetiaan yang tekun. Di puncak perjalanannya, mereka akan menemukan terang dan pengurapan, yang perlu untuk mengilhami yang lain menuju cinta akan Kebijaksanaan untuk membimbing mereka menuju kehidupan Abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun