Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menikmati Dagelan Politik Demokrat

31 Januari 2012   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:15 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Headlines koran-koran Hari ini: ANAS URBANINGRUM bakal dicongkel dari kedudukannya sebagai ketua umum partai demokrat karena semakin banyak terdengar suara-suara miring tentang dia. Politik makin memanas. Entah kartu apa yg bakal dimainkan Anas. Ibas, ngaku kaget, Anas bakal dicongkel. Hehehehe... kok kaget? Apa yg selama ini ditutup-tutupi kini mulai tampak. Ikan busuk, tidak mulai dari ekor (Muhammad Nazar), tapi dari kepalanya, dari Anas Urbaningrum, dan mungkin juga yg lebih tinggi dari itu. hahahaha.... hehehehe... mari kita tonton akan dibawa ke mana dagelan politik di tubuh partai penguasa ini.

Partai-partai Politik tidak lagi berurusan dengan ideologi. Politik saat ini lebih terkait dengan kepentingan. Makanya, yang abadi hanyalah kepentingan. Ideologi? Hmmm itu hanyalah pelengkap bagi kepentingan orientasi pada kekuasaan. Politik untuk kebaikan sebagaimana arti kata aslinya menurut Aristoteles sudah kehilangan spiritnya. Jika dulu partai-partai politik berjuang demi penegakan ideologi, bersaing demi ideologi, sekarang ini partai-partai politik sibuk menjadi alat memperjuangkan dan mengamankan kekuasaan. Hasilnya, saling gigit, saling sikut di dalam tubuh partai karena masing-masing ingin menjadi nomor satu, yang utama, tidak perduli caranya halal atau tidak. Yang murni berhasil menduduki kursi nomor satu bukan berarti yang terbaik sehingga harus siap-siap digusur oleh yang kalah menjadi nomor satu. Makanya, masing-masing pihak di dalam partai harus mememang kartu-kartu truff sesama anggota partai utuk mengamankan posisinya.

Pertanyaan sederhana: jika perilaku di dalam tubuh partai-partai politik kita seperti ini saja, bagaimana mungkin dari partai-partai politik yang ada bisa menghasilkan pemimpin bangsa yang sungguh-sungguh peduli dengan rakyat? Sepertinya perilaku di dalam tubuh partai itulah yang akan terbawa ke luar ketika menjadi seorang pemimpin negeri ini. Pokoknya, yang utama dalam pemikirannya bagaimana mengamankan kekuasaan yang ada di masa ia berkuasa. Kepemimpinannya tidak akan pernah tulus karena selalu berorientasi untuk diri, untuk partai, untuk mengamankan posisi di pemilu berikutnya.

Jika demikian, golput akan menjadi bagian dari pilihan banyak rakyat yang kian jenuh dengan sistem politik partai di negeri ini. Mentalitas EGP dengan pemilu kian menjamur. Yang terjadi masing-masing pribadi di negeri ini akan sibuk mencari keuntungan di negeri sendiri. Partai-partai akan sibuk dengan bagi-bagi kaus, sembako, dan uang untuk "membeli suara," rakyat pun sibuk bagaimana meraup semuanya itu dari semua partai tanpa ada rasa ikatan ideologi dengan satupun dari partai-partai yang ada. Gimana mau terikat, kalau tidak tahu apa isi ideologi partai-partai yang ada. Hmmmm mumet jadinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun