[caption id="attachment_297297" align="aligncenter" width="480" caption="Foto (Metronews.com)"][/caption]
Pasca mencuatnya berita Jokowi Disadap yang diungkapkan oleh Sekjen PDIP, Cahyo Kumolo, sejumlah 'teror' yang pernah dialami Jokowi belakangan ini pun dicuatkan. Â Tidak mau kalah dengan Sekjen PDIP, Puteri Ketum PDIP, Puan Maharani pun membeberkan beberapa aksi teror lain yang dialami Jokowi selama ini misalnya: kapal yang akan ditumpangi Jokowi pernah meledak dan ban mobil Jokowi pun pernah digembosi. Anehnya ketiga 'teror' yang dialami Jokowi ini merupakan berita basi karena kejadiannya sudah lama. Hal itu pun diakui Jokowi setelah ia dikonfirmasi lebih lanjut oleh wartawan. Selama ini, rupanya Jokowi selalu menganggap biasa dengan semuanya itu dan tidak ingin membesar-besarkannya ke publik atau media. Namun, sebagai Kader PDIP, ia selalu menginformasikan semuanya itu ke internal PDIP sehingga selama ini semua berita tersebut hanya dikonsumsi dan diketahui oleh kader PDIP saja.
Namun, fenomenanya berubah ketika beberapa waktu lalu, Cahyo Kumolo membeberkan perihal penyadapan yang dialami Jokowi di kediamannya. Semua informasi yang selama ini hanya menjadi konsumsi kalangan terbatas mulai dibuka satu persatu. Mungkin PDIP mau mengatakan kepada masyarakat DKI Jakarta bahwa pemimpin mereka selama ini memang dimata-matai, diteror, dan ingin disabotase oleh kelompok-kelompok tertentu yang hanya diketahui oleh PDIP. Yang pasti tentulah tudingan PDIP mengarah pada para lawan politik. Menariknya, setelah semua rangkaian teror tersebut dibuka oleh kader PDIP, Jokowi hanya membenarkannya saja setelah dikonfirmasi oleh wartawan perihal kebenaran berita tersebut.
Selama ini, mungkin bagi Jokowi, semua rangkaian yang dianggap sebagai 'bentuk teror' dan usaha 'sabotase' yang dilakukan kepadanya adalah hal yang lumrah sebagai seorang pemimpin. Sehingga ia merasa tidak terlalu penting untuk 'curhat' ke media tentang semuanya itu. Baginya, lebih penting mengurus persoalan Jakarta daripada mengurus keselamatan dirinya sendiri. Prinsip ini selalau diungkapkannya ketika diminta pendapat oleh kru media terkait semua berita tersebut. Ia selalu menanggapinya dengan mengatakan: oh itu sudah lama terjadi, setahun yang lalu, tidak terlalu penting dibandingkan mengurusi persoalan Jakarta, mengurusi banjir, genangan, kartu Jakarta sehat, kartu Jakarta pintar, dll. Sikap tidak peduli Jokowi akan keselamatan dirinya ini menjadi sebuah pratanda bahwa ia bukanlah pemimpin cemen, lebay yang sedikit-sedikit curhat ke media bahwa ia dizolemilah, ia diterorlah, ia dikorbankanlah yang biasanya selalu dilakukan oleh seseorang di republik ini (kita semua pasti tahu siapakah dia-dia yang tidak bisa disebutkan namanya karena takut disomasi).
Akan tetapi, keselamatan diri Jokowi jauh lebih penting bagi PDIP sehingga mendorong mereka membuka semuanya kepada publik dan media apa yang selama ini ditutup-tutupi oleh Jokowi. Hal ini bisa dipahami karena Jokowi bukan hanya milik masyarakat DKI Jakarta. Jokowi telah menjadi milik seluruh rakyat Indonesia yang selama ini terus mengikuti pemberitaan tentang Jokowi. Elektabilitasnya yang terus menanjak mengalahkan tokoh-tokoh lain menjadikan Jokowi menjadi 'sasaran tembak' untuk dibungkam dan dilenyapkan. Bisa jadi bahwa orang-orang yang kemapanannya terganggu oleh kehadiran dan ketokohan Jokowi yang mampu menyedot perhatian publik bisa saja melakukan tindakan apa pun termasuk melenyapkan Jokowi.
Informasi yang dibuka oleh kader PDIP tentu bermanfaat untuk semakin mengingatkan Jokowi agar selalu waspada/hati-hati atas kemungkinan teror dan sabotase menjelang pileg/pilpres 2014. Tekanan pasti akan semakin besar mengingat politik ala Machiavelian minus etika memang sedang digandrungi di negeri ini. Selain itu, masyarakat Indonesia pun dibuka matanya lebar-lebar bahwa salah seorang putera terbaik bangsa untuk saat ini berpotensi dibungkam oleh tangan-tangan kegelapan yang masih menginginkan negeri ini dikuasai oleh para koruptor.
salam waspada!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H