Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Ambil Uangnya, Jangan Pilih Orangnya

22 Februari 2014   06:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini mencuat slogan menjelang Pemilu: “ambil uangnya, jangan pilih orangnya.” Sekilas slogan ini kesannya melawan ‘money politic’ atau ‘serangan fajar’ bagi-bagi duit pada hari-hari menjelang hari pemilu yang marak terjadi belakangan ini.  Baru-baru ini Prabowo pun ikutan latah mengatakan dengan cara lain: “Ambil Uangnya, tapi Pilih Sesuai Nurani." Maksudnya agar membuat para politikus busuk yang suka ‘membeli’ suara rakyat dibuat jera dan bertobat untuk melakukan praktik politik uang. Namun, sesungguhnya terjadi penyesatan publik secara massif melalui slogan ini.

Di mana Letak penyesatannya?

Slogan ini sama dengan mendidik rakyat Indonesia untuk menjadi manusia-manusia tidak beretika dan bernurani. Slogan ini membenarkan perilaku politikus tanpa etika karena dengan mengambil uangnya tetapi tidak memilih orangnya, rakyat diajak untuk menipu dan berbohong. Di mana letak kebohongannya? Mengambil apa yang bukan menjadi hak mereka. Anda mungkin bisa berdalih: “kan aku gak minta, duit itukan diberi secara cuma-cuma. Rezeki nomplok bro. Masa ditolak. Jadi, yang bersalah dan bertanggung jawab bukan yang menerima duitnya, tetapi pemberinya.”

Apa Benar yang Salah hanya Pemberi Duit saja?

Yang salah dua-duanya. Mengapa? Ketika anda menerima duit, tersebut anda juga bertanggung jawab atas duit tersebut. Karena anda tidak tahu asalnya darimana semua duit tersebut. Apakah duit tersebut hasil korupsi atau hasil rampokkan, anda tidak tahu dan memang tidak perlu tahu, bahkan tidak mau tahu. Ketika anda menerima duit haram tersebut, anda merendahkan diri anda sendiri sebagai pribadi yang bisa dibeli dan harga diri anda bisa dinilai dengan jumlah rupiah yang anda terima. Anda ikut bertanggung jawab karena anda turut menikmati uang haram tersebut, karena uang itu bukan uang hasil keringat dan kerja keras anda. Jadi, anda juga bersalah karena ikut menikmati uang haram tersebut.

Lalu, Sikap yang Tepatnya Bagaimana?

Terhadap tikus-tikus (politikus-red) busuk yang memainkan politik uang, jika kita masih punya harga diri dan nurani kita masih belum tumpul pakailah slogan ini: “tolak uangnya dan jangan pilih orangnya!” Pasti anda akan nyesal-kan karena tidak menerima rezeki nomplok? Yakinlah: awalnya anda nyesal, tetapi nurani ada akan menang!  Sebab anda berani menolak bersekutu dalam kejahatan para politikus busuk. Anda tidak menggadaikan harga diri anda demi lembaran rupiah. Anda adalah pemenang bagi diri anda sendiri!

Ayo kampanyekan: “Tolak Uangnya, dan Tidak PIlih Orangnya!” Lawanlah suara-suara jahat yang menggoda rakyat untuk menikmati uang haram hanya demi membuat jera para politikus busuk yang tidak dipilih meski uang haramnya diambil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun