Sejak tiga tahun lalu bergabung dengan Kompasiana, saya selalu mengamati perbedaan signifikan jumlah hits artikel yang berjejer di Headline (reportase warga) dan jumlah hits artikel-artikel yang nangkring di kolom Trending Article (opini warga). Biasanya artikel-artikel di kolom TA lebih banyak menui jumlah pengunjung/pembaca dibandingkan artikel-artikel yang didaulat Admin nangkring di 'tahta HL". Ada banyak faktor non-teknis yang menyebabkan perbedaan jumlah pembaca/pengunjung termasuk judul-judul opini warga di kolom TA biasanya lebih atraktif (bombastis) dibandingkan judul-judul berita warga di kolom HL.
Akan tetapi, ada satu faktor teknis yang ternyata baru disadari Admin saat ini yakni: posisi strategis kolom TA dibandingkan HL kalau diakses oleh Kompasianer atau 'pembaca diam' (silent reader). Posisi artikel TA yang berada persis di sisi bagian kanan laman artikel memudahkan pembaca untuk terpancing menglik dan membaca artikel-artikel yang terpampang di sana dibandingkan harus balik ke wall utama (Homepage) Kompasiana untuk menemukan artikel HL.
Faktor teknis inilah yang kemudian mengubah strategi Admin mengurangi porsi tampilan kolom TA hanya bisa diakses melalui homepage Kompasiana dengan memberikan porsi lebih bagi pembaca/pengujung untuk mengakses artikel HL di sisi kanan setiap tampilan utuh dari postingan yang sedang dibaca.
Strategi Admin ini memang mengalami kemajuan pesat sejauh pengamatan saya secara pribadi. Tingkat keterbacaan/jumlah pengunjung/jumlah hits reportase warga yang diganjari HL sudah makin seimbang dengan jumlah hits artikel TA.
Menurut saya, langkah penting Admin untuk mengubah strategi ini, memang sesuai dengan misi awal Kompasiana untuk menjadikan media ini menjadi tempat warga melaporkan kejadian/peristiwa penting yang terjadi di sekitarnya yang mungkin saja luput dari perhatian para wartawan resmi media mainstream. Dengan cara ini, Admin bisa memotivasi warga Kompasiana untuk kembali ke misi utama Kompasiana yang menjadikan media ini sebagai media jurnalisme warga. Mengalokasikan banyak peluang tampilnya artikel HL yang lebih banyak berisikan reportase warga dibandingkan artikel TA yang lebih banyak berisikan opini warga tentang suatu isu juga semakin membuat Kompasiana diperhitungkan sebagai media jurnalisme warga yang layak dipercaya ke depan. Laporan warga bisa menjadi pembanding laporan-laporan para pewarta resmi yang berkartu pers.
Harapannya, peluang yang semakin besar diberikan Admin kepada artikel-artikel HL dibandingkan artikel TA bisa lebih menggenjot semangat Kompasianer mengembangkan kemampuan jurnalismenya berdasarkan standar-standar minimal yang dituntut untuk kesahihan sebuah sajian berita.
Akan tetapi, hal ini tidak berarti melemahkan antusiasme warga yang biasanya lebih berminat untuk meracik opininya terhadap sebuah isu panas yang sedang terjadi di negeri ini yang biasanya lebih cepat menui hits, sehingga diganjari Admin nangkring di kolom TA. Tetaplah menulis opini/pendapat/tanggapan anda sebagai warga negara terkait isu-isu panas di negeri ini yang berpeluang menjadi artikel TA, meski porsi tampilannya telah dikurangi Admin. Toh jumlah hits TApun tetap banyak karena opini warga di Kompasiana (yang kebanyakan diganjari TA) jauh lebih sederhana, ringan, dan enak dibaca meskipun terkadang lebih dominan unsur subjektivitasnya dibandingkan objektivitasnya. Karena alasan ini jugalah, maka opini-opini warga di Kompasiana yang sering nangkring di kolom TA banyak menuia pembaca. Bahkan ada yang sampai belasan ribu jumlah hits.
Akhir kata, salut untuk perubahan strategi Admin untuk menyeimbangkan jumlah hits artikel HL dan TA. Bagi rekan-rekan Kompasianer, teruslah menulis dari hati karena pasti akan selalu ada pembaca setia yang menjadikan artikel kita HL/TA di hati mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H