Dapat diketahui dari isu yang sedang ramai yaitu banyak guru diluar sana yang dipenjara dengan alasan yang tidak etis atau tidak masuk akal oleh karena itu saya ingin membuat artikel ini dengan alasan supaya kepada orang tua mengajarakan terkait mental yang perlu disiapkan ketika terjun didunia pendidikan karena bahwasanya dari tahun 2000-an sampai tahun 2019 itu sangat berbeda drastis dulu banyak peserta didik yang diajarkan dengan kekerasan atau mendisiplinkan terkait aturan sekolah yang sudah disetujui oleh orang tua dan peserta didik karena itu banyak lulusan tahun tersebut yang bekerja dengan benar atau nyaman karena sudah dari kecil tebentuk mental baja yang akhirnya termotivasi dengan dorongan atau teguran dari peran guru BK maupun guru pengajar. Sesuai dengan arti judul bahwasnaya pengasuhan adalah mebimbing atau mengajarkan kepada anak tentang kpribadian atau survival hidup.
Maka dari itu saya mencari atau meniliti terkait isu yang lagi ramai ini lalu saya mencari data ini dengan metode meriset atau membaca isu terkini. Serta saya juga menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu dimana kita melakukan observasi terhadap ucapan atau lisan dari masyarakat dan perliaku orang-orang yang sedang diamati.(Asbari & Isnawati, 2024)
 Dari informasi yang saya dapat banyak guru dipenjara karena peserta didik sudah terbiasa dengan dimanjakan atau didudukmaniskan masalah budaya masyarakat yang mengatakan "Buat apa sekolah karena sekolah itu tidak menjamin masa depanmu" maka dari itu banyak peserta didik yang sudah kedoktrin dengan umpatan tersebut maka siswa atau siswi jika diatur atau memebantu urusan dirinya sendiri seolah-olah guru itu buat apa ngurusi kita karena kita sendiri saja sudah bisa melerai atau sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri maka dari itu banyak guru yang dipenjara dengan alasan guru mendisiplinkan siswa namun berujung masuk penjara dengan alasan tidak etis bahwasanya guru tidak boleh mengatur siswa karena sekarang diera kurikulum merdeka maka dari itu sekarang banyak siswa atau peserta didik sudah menganggaap guru itu bukan pembimbing namun guru itu adalaah teman biasa yang tidak ada gunanya.
Dari informasi yang saya dapat ada salah satu guru di daerah sulawesi tenggara yang sedang medisplikan siswa atau mengatur muridnya dan siswanya sendiri merupakan salah satu anak polisi yang berujung tidak ada keadillan. Maka dari itu kami memberikan ajaran dengan orangtua terkait bagaimana pengasuhan anak dan melatih kita sebagai orang tua bagaiaman cara memebnetuk mental healt atau kepimpinan, yaitu dimana kita sebagai orang harus memberi contoh kepada anak atau peserta didik dalam bentuk lisan maupun sikap, karena anak kecil tersebut itu dapat dipengaruhi dengan oleh lingkungan sekitar atau menurut teori Albert Bandura yang menggunakan boneka dodol bagaimana anak kecil cara memahami dunia bekerja dan cara memahami perilaku manusia (Siti Sholichah & Ayuningrum, 2021), nah kita bagaiamana menjadi orang tua yang mengajarkan hal baik maupun sikap terutama dalam lingkungan adab yang menurut islam itu kita diajarkan jangan melangkahi guru karena guru adalah pahlawan tanpa jasa yang perlu harus dihargai karena kita juga masih banyak salah dan perlu juga ada namanya koreksi dari guru kita.
Kita sebagai orang tua harus memberikan motivasi yang relavan atau mendidik kepada peserta didik kita yang bagaiamana semestinya kita sebagai orang tua harus menghargai keputusan dari guru karena itu adalah bentuk pertama dalam pembentukan siswa atau peserta didik bagaiamana guru itu harus diharhgai atau mebenarkan jika ada salah jika ada yang benar jangan dislahkan karena kita juga sebagai manusia banyak kesalahan dan kekhilfanya maka dari itu kita jangan bersangka buruk kepada guru karena tidak semestinya guru itu salah mendidik kepada siswanya atau mengajarkan hal-hal yang jelek.
Maka dapat diartikan bahwasnya diera kurikulum merdeka ini banyak yang setuju tidak setuju dan menurut hasil dengan metode kualitatf ini banyak hampir rata rata tidak setuju terutama dengan guru bimbingan konseling karena bahwasanya banyak murid atau peserta didik yang mentalnya sudah brake down karena dari lingkungan sekitar yang tidak mendukung maupn peran orangtua yang yang membebaskan kepada anaknya jika disekolah itu kalau ada masalah dengan guru segera diceritakan kepada orang tua karena sudah terkena pembicaraan terkait kurikulum merdeka ini yang bahwasanya murid atau peserta didik dibebaskan dalam berpendapat atau menyanggah dari peran guru di sekolah. Maka dari itu saya ingin anak-anak diIndonesia ini segara kembali ke masanya yaitu dimana anak anak kita membangun bangsa nusantara dengan mental pejuang atau leadership yang sudah dihasilkan dari nenek moyang kita yang sudah membangun bangsa ini, maka dari itu saya sangat sedih dengan perkembangan pendidikan diIndonesia yang menurun drastis sejak era Covid-19(Pratiwi et al., 2023).
Maka dapat disimpukan bahwasanya peran orangtua disini dapat dijelaskan itu sangat penting karena literatur sifat sikap, serta empati kepada orang terbentuk dari orangtua tersebut karena faktor-faktor permaslah peserta didik itu dimulainya dari orangtua dengan kedekatan anak yang begitu berati jika anak atau peserta didik dimanjakan atau didudukmaniskan maka akan terbentuk mental yang manja jika diterjunkan dilapangan mereka hanya terdiam dan melihat apa yang terjadi serta menertawakan orang-orang yang sedang berjuang. Dan teori ini dapat disosialisasikan dari peran BK kepada orangtua atau melakukan parenting setiap tahun untuk pembentukan mental atau emosional anak terhapad guru disekolah, karena ini sangat efektif untuk peserta didik yang selalu mengadalkan pendaoat dari seorang sekitar lingkungan. Peran parenting ini sangat dibutuhkan diera sekarang karena untuk meningkatkan kredebilitas sekolah dalam menagani permasalahan antara guru, peseta didik, maupun orangtua dalam menyelesaikan maslah-masalah disekolah tersebut. Oleh karena itu pendidikan Indonesia dapat diperbarui dari orangtua pesetta didik sampai ke sistem administrasi karena itu adalah faktor utama dalam pembentukan mental peserta didik maupun dalam pembentukan karakter siswa yang beragam budaya dan suku dindonesia. Mental didik dindonesia sudah merupakan terendah didunia namun ini jangan jadi acuan untuk kita karena mental itu kalau sudah dibentuk akan menjadi dorongan atau motivasi didiri kita sendiri. Itu kesimpulan dari artikel ini karena ini sudah mencukupi dari hasil studi atau penilitian melalui dari berbagai informasi yang saya dapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H