Musik, sebuah fenomena yang melintasi batas-batas bahasa dan budaya, telah lama diakui sebagai bahasa universal yang mempersatukan manusia dari berbagai penjuru dunia.Â
Dengan kekuatannya yang unik, musik mampu menyampaikan emosi dan pesan tanpa perlu kata-kata, membangkitkan perasaan bahagia, sedih, terinspirasi, dan bahkan rasa takut.
Dalam konteks historis, musik telah menjadi bagian integral dari peradaban manusia, digunakan tidak hanya sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai alat komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam urusan kemiliteran dan ritual keagamaan.Â
Bangsa Yunani dan Romawi kuno, misalnya, menggunakan musik untuk menguatkan nyali para prajurit di medan perang, sementara dalam tradisi Islam, musik sufi mengiringi para penari dalam pencarian spiritual mereka.
Dari perspektif etnomusikologi, musik dipandang sebagai fenomena unik yang mencerminkan identitas, nostalgia, dan selera individu.Â
Setiap koleksi lagu pada perangkat pribadi kita dapat mengungkapkan banyak tentang diri kita. Musik memiliki kekuatan untuk mempersatukan banyak orang, tetapi juga dapat menyebabkan perpecahan dan peperangan.
Di era modern, musik telah menjadi lebih mudah diakses berkat teknologi digital dan platform streaming.Â
Ini memungkinkan kita untuk menemukan dan menikmati musik dari seluruh dunia, membuka pintu untuk kolaborasi antarbudaya yang memperkaya pengalaman musikal kita dan memperluas pemahaman kita tentang 'lainnya'.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun musik memiliki kekuatan untuk menyatukan, ia juga dapat menjadi alat pemisah.Â
Genre, preferensi, dan lirik dapat menciptakan pembagian. Oleh karena itu, kita harus mendekati musik dengan pikiran terbuka, menghargai keragaman sebagai kekuatan, bukan sebagai penghalang.