Layanan transportasi publik Trans Metro atau nama lainnya Teman Bus sudah mulai memberlakukan tarif terhadap penumpangnya pada Senin, (31/10).
Sebelumnya, pelayanan Trans Metro tidak dikenakan biaya karena masih dalam tahap percobaan. Dulu, calon penumpang hanya diminta untuk menunjukkan kartu uang elektronik (e-money) saja untuk bisa menggunakan layanan ini. Namun, untuk saat ini Trans Metro sudah mulai memberlakukan tarif terhadap calon penumpangnya. Tarif ditentukan berdasarkan dengan kota dimana transportasi tersebut beroperasi. Di Bandung, tarif yang dikenakan untuk satu orang penumpang adalah Rp. 4.900,-
Namun, sayang sekali dalam pelaksanaan atas mulai adanya tarif ini tidak dibarengi dengan kesiapan pada alat pembayarannya. Dampak dari ketidaksiapan alat pembayaran layanan tersebut dialami langsung oleh saya pada Selasa (2/11). Saya menggunakan Trans Metro Koridor 5 dengan rute Dipatiukur-Jatinangor melalui halte SPBU Moh. Toha untuk berangkat menuju Kampus Universitas Padjadjaran. Ketika memasuki bus, sopir langsung memberitahu bahwa bus belum menyiapkan layanan Tap On Bus yaitu pembayaran dengan cara menempelkan kartu e-money. Bus hanya melayani pembayaran via scan QR code. Apabila calon penumpang tidak bisa melakukan pembayaran via QRÂ code tersebut, calon penumpang terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk menggunakan layanan transportasi Trans Metro, meskipun mereka membawa sebuah kartu e-money.
Kebetulan, pada saat itu saya tidak memiliki saldo pada dompet elektronik (e-wallet) apapun, sehingga harus turun dan batal menggunakan bus pertama itu. Setelahnya, saya mencoba untuk meminta bantuan keluarga saya untuk mengisikan saldo pada e-wallet saya.
Kejadian yang dialami oleh saya termasuk beruntung, karena saya memiliki keluarga untuk bisa dihubungi dan dimintai tolong.
Dalam kasus lain, ketika saya menggunakan bus saat perjalanan pulang, saya melihat ada seorang ibu-ibu yang naik di Halte Jatinangor Town Square terpaksa tidak bisa menaiki bus karena dia tidak membawa smartphone.
Disisi lain, dampak yang ditimbulkan dari permasalahan ini bukan hanya terhadap penumpang yang batal untuk menggunakan layanan. Namun, pengguna jalan lain pun ikut terganggu.
Setiap kali bus tiba di suatu halte dan terdapat calon penumpang disana, sopir harus memberi penjelasan terlebih dahulu kepada calon penumpang untuk beberapa saat. Apalagi jika terdapat negosiasi antara calon penumpang dan sopir, maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Akibat dari peristiwa tersebut, pengguna jalan lain terganggu karena harus menunggu bus tersebut berjalan. Selain itu, penumpang yang sudah di dalam bus akan mengalami waktu perjalanan yang sedikit lebih panjang.
Terkait permasalahan tidak adanya alat Tap On Bus, pihak Trans Metro sama sekali tidak memberikan informasi terkait hal tersebut. Bahkan, pada akun media sosialnya sendiri tidak ada informasi.
Oleh karena itu, saya menyarankan kepada pemangku kebijakan, sebaiknya para calon penumpang yang membawa kartu e-money tetap diperbolehkan untuk menggunakan layanan transportasi ini. Hal itu sebagai bagian dari kompensasi atas ketiadaan mesin Tap On Bus dan tidak adanya informasi terkait masalah tersebut.