Dari tulisan di atas, saya melihat permasalahan dan dampak yang terjadi akibat “kekagetan” elemen penting dalam pendidikan. Maka dari itu perlu adanya kolaborasi di antara setiap elemen pendidikan yang ada, baik dari pemerintah, sekolah, guru dan orang tua harus bersinergi. Hal ini tidak bisa hanya dibebankan kepada satu atau dua elemen saja.
Melihat hal itu, proses belajar seakan kembali pada masa lalu, dimana orang tua menjadi guru pertama bagi anak. Saat ini ketika banyak orang tua hanya mengandalkan pendidikan formal saja dan menghentikan pendidikan non-formal kepada anak ketika sudah memasuki bangku sekolah.
Seharusnya tidak seperti itu, pendidikan kepada anak harus terus dilakukan baik dengan cara sekolah ataupun pola asuh. Pola asuh orang tua sangat penting, karena orang tua menjadi media bagi proses internalisasi (penanaman) budaya dan filter sosialiasasi (penerapan) budaya. Sehingga anak memiliki pendidikan secara kompetensi dan pendidikan secara norma/nilai budaya masyarakat.
Selain itu, kemajuan jaman yang tidak bisa diprediksi dan dinamika sosial yang terjadi harusnya memberikan inovasi dalam pendidikan secara metode dan fungsi pendidikan itu sendiri. Menurut saya, saat ini pendidikan yang harusnya diterapkan adalah dengan metode kolaboratif. Dengan metode kolaboratif anak mampu berekspresi dan bekerja sama. Disisi lain, juga diimbangi dengan berpikiri kritis agar produktivitas dan kreativitas mampu memberikan inovasi-inovasi demi mewujudkan sumber daya manusia yang unggul.
Maka dari itu, dari tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa dalam mewujudkan pendidikan yang unggul bagi sumber daya manusia dibutuhkan aspek kolaborasi di setiap elemen pendidikan. Hal ini dikarenakan pembangunan sumber daya manusia harus bersumber dari pembangunan secara kompetensi keahlian dan penanaman budaya dalam diri manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H