Herman seorang pemuda putus sekolah tingkat SLTP memberanikan diri untuk mengadu nasib di Jakarta. Setelah berkelana ke sana ke mari, akhirnya ia terpaksa bekerja di sebuah pemakaman dengan tugas membersihkan dan menata tumbuh-tumbuhan di pemakaman tsb.
Pada awalnya Herman merasa senang karena ternyata setelah ia berhasil merawat kuburan keluarga kaya di pemakaman tsb, ia bisa mendapatkan upah dengan jumlah lumayan. Sayangnya Herman baru menyadari kalau ternyata kapling-kapling di pemakaman tsb dikuasai oleh preman. Akibatnya anak-anak tanggung yang bekerja di pemakaman tsb harus setor upah yang diterimanya dari keluarga pemilik kuburan.
Singkat kata anak-anak tanggung yang bekerja di pemakaman tsb terpaksa bekerja di bawah preman yang merasa berhak bertindak sebagai bos. Alkisah, preman kuburan yang bertindak sebagai bos Herman bernama Jarot. Hari itu adalah hari pertama di mana Herman harus menyetor upah yang diterimanya kepada Jarot.
“Hoi Herman, berapa duit yang barusan kamu terima dari keluarga almarhum ?”
“Rp.50.000 bang”
“Sini serahkan semuanya kepadaku”
“Kok begitu bang. Uang ini kan hak ku”
“Tidak bisa. Aku yang menguasai kuburan ini. Kamu hanya pekerja. Hayo serahkan uang itu semuanya kepadaku. Nanti kau akan mendapat bagian”
“Ya bang” Herman dengan terpaksa menyerahkan uang itu kepada Bang Jarot.
Bang jarot mengambil uang tsb. Lalu berkata: “Ini bagianmu Rp.10.000. Ingat setiap kali kau menerima duit dari keluarga almarhum, bagianmu paling banyak hanya Rp.10.000”
“Iya bang” Sahut Herman dengan kecewa dan ketakutan
Demikianlah yang terjadi seterusnya. Herman bekerja dengan rajin dan telaten. Semua kuburan yang dikuasai Bang Jarot dia bersihkan dan tanamannya di sekitar kuburan tsb tertata dengan rapih dan indah. Keluarga almarhum semuanya merasa puas dan bersimpati kepada Herman.