Mohon tunggu...
FAJAR AGUNG NUGROHO
FAJAR AGUNG NUGROHO Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

I AND MY STORY IG : @fajaragung02 fb : fajar agung nugroho wa : 081575795590

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Atap Penderitaan (Part 1)

3 Mei 2024   22:21 Diperbarui: 3 Mei 2024   22:29 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

DI BAWAH ATAP PENDERITAAN mungkin kata ini yang tepat untuk kisah hidupku saat ini yang karenanya melewati hal-hal yang mungkin tidak semua orang merasakanya dan bahkan tidak ada yang mau untuk merasakanya. inilah aku seorang lelaki yang di hancurkan penderitaan pada masa kecil hingga mudanya, mungkin kisah ini tak seberapa bagi orang yang mungkin lebih perih kehidupanya. 

Ini dia aku yang di lahirkan di tengah- tengah masyarkat desa yang tidak begitu terkenal daerahnya yang berada di plosok kota daerah, pada masa kecilnya berbeda dengan yang lain, di umur 3 tahun 2 bulan dipaksa pergi ke ibu kota untuk mengadu nasib serta memperbaiki perekonomian keluarganya. di umurnya yang dibilang masih cukup balita di paksa keluarganya untuk pergi karna tak ada alasan untuk di tinggalkan dan lebih baik untuk ikut pergi. dan disitulah cerita ini dimulai. 

TIBANYA DI IBUKOTA, ayah sebagai kepala rumah tangga saat itu yang berperjaan sebagai pedagang keliling yang pada saat itu mungkin cukup susah bagi kami yang karna penghasilan yang tak menentu dan kebutuhan yang sangat tinggi di ibu kota serta persaingan yang ketat lagipula banyak sekali hal hal yang tidak terduga banyak sekali orang yang sangat amat nekat di ibukota yang menyebabkan kita sulit untuk berperosos disana. dan disana hiduplah aku anak yang di harapakan oleh kedua orang tuanya untuk menjadi orang hebat di masa mendatang. beban yang cukup berat karna sedikitnya privilage dari orang tua yang cukup sulit untuk naik ke permukaan seperti anak anak lain yang mendapatkan keistimewaan dari keturunanya.

Beranjak bertambah umur kehidupanku mendominan berjualan karna dari kecil tidak di ajari untuk berjualan tetapi melihat dan bergelut di pekerjaan itu yang menjadikan pola pikirku yang ikut berubah. ketika aku sudah memasuki tk atau taman kanak kanak ayahku sudah tak lagi berkeliling karna mendapat tawaran untuk berjualan di dalam salah satu sekolahan yang karna anak sekolah selalu membeli keluar pagar sekolah dan karna hal itu ayahku masuk untuk berjualan di dalam, pada saat itu ayahku berjualan mie ayam karna mie ayam kurang dinilai tidak ekonomis bagi siswa siswi disana karna itu ayahku berganti menjadi mie kocok, mie kocok adalah mie sakura mungkin saat ini masih ada yang harganya cukup murah karna di bawah dari harga indomie maupun mie sedap, mie kocok yang di sajikan di gelas plastik kecil dan pada waktu itu harganya masih di angka Rp 2,500,00 dan harga Rp 3,000,00 untuk yang memakai kripik yang terbuat dari kulit lumpia. 

Di awal penjualan itu sudah cukup merubah keadaan rumah tanggaku yang karenanya sudah ada pelanggan yang pasti dan tak capek capek mencari pelanggan kesana kemari, tak lama ada rekruitmen untuk berjualan di salah satu wisata di sana tetapi tak di buka dengan gamblang jadi pada saat itu aku dan ibuku berjualan dengan petak umpet kepada petugas yang ada di sana hal ini cukup membuat repot jika di ceritakan lewat teks mungkin tidak akan semenarik diceritakan langsung karna ada part part yang penuh dengan kenangan dan sangat sulit untuk di ungkapkan disini, banyak sekali hal hal yang tidak untuk di ulang tetapi jika di rasakan akan terasa cukup mendalam karna di dalam kesusahaan pasti ada momen bahagia yang tidak di dapatkan ketika sudah selesai melewati masa itu. 

Jadi untuk teman teman pembaca yang merasa saat ini sedang merasakaan sulitnya kehidupan jangan selalu menyesali hal itu, percayalah semua akan berlalu dan akan tiba waktu untuk kita mengingat masalalu untuk merenungi agar tak lupa bagaimana perjalanan hidupmu dan siapa saja yang merubah hidupmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun