Erupsi Gunung Merapi di Magelang merupakan salah satu bencana alam yang memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Gunung Merapi, yang dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, seringkali menunjukkan aktivitas vulkanik yang mengancam keselamatan warga. Analisis risiko bencana erupsi Gunung Merapi di Magelang sangat penting untuk memahami dinamika bencana ini.
Dilansir dari beberapa sumber Gunung Merapi sudah meletus dari tahun 1930,1954,1961,2006,2010,2021, dan terakhir di tahun 2024 pada tanggal 21 Januari. Gunung ini memiliki sejarah panjang erupsi yang sering disertai dengan aliran lava, awan panas, dan lahar dingin. Setiap erupsi membawa potensi kerusakan yang besar, tidak hanya material vulkanik yang dikeluarkan, tetapi juga letaknya yang dekat dengan daerah permukiman padat penduduk, Magelang, yang berada di lereng Merapi.
Dampak erupsi Gunung Merapi di Magelang yang mencakup kerusakan fisik, sosial, dan ekonomi. Kerusakan fisik meliputi rusaknya rumah permukiman, fasilitas, dan lahan pertanian. Erupsi juga menyebabkan penurunan kualitas udara akibat abu vulkanik yang dapat mengganggu kesehatan pada saluran pernapasan. Dari sosial, bencana ini seringkali memaksa warga untuk mengungsi dan meninggalkan rumah. Selanjutnya, dari perspektif ekonomi, erupsi Merapi menyebabkan kerugian . Pertanian yang menjadi sumber nafkah utama bagi banyak warga Magelang sering kali rusak disebabkan oleh abu dan lava. Jalan yang rusak juga memerlukan biaya  untuk pemulihan. Selain itu, sektor pariwisata yang biasanya menjadi salah satu andalan ekonomi daerah juga terkena dampak negatif karena berkurangnya kunjungan wisatawan dan ditutup terlebih dahulu untuk menormalisasikan kembali.
Untuk menghadapi risiko bencana erupsi Gunung Merapi, diperlukan strategi mitigasi yang tepat. Langkah pertama adalah peningkatan sistem peringatan dini untuk memantau aktivitas vulkanik secara tepat waktu dan memberikan peringatan dini kepada warga memungkinkan mereka untuk evakuasi tepat waktu dan mengurangi risiko korban jiwa. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat mengenai prosedur keselamatan dan langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi erupsi.
 Pendekatan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat sangat penting. Program relokasi bagi warga yang tinggal di zona merah dengan pendekatan yang manusiawi dan berbasis kebutuhan.  Dari sudut pandang lingkungan, perlu adanya pemulihan ekosistem yang rusak akibat erupsi. Penghijauan kembali daerah yang terkena dampak dan pengelolaan sumber daya air yang baik dapat membantu memulihkan lingkungan dan mencegah bencana sekunder seperti banjir lahar.
 Secara keseluruhan, analisis risiko bencana erupsi Gunung Merapi di Magelang menunjukkan bahwa bencana ini tidak dapat dihindari, dampaknya dapat di minimalisir melalui langkah-langkah mitigasi yang terencana dan koordinasi dengan baik. Kerjasama berbagai pihak merupakan kunci untuk meningkatkan kesiapan masyarakat Magelang terhadap ancaman erupsi Gunung Merapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H