Pembeli mungkin tidak terlalu memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya saat mereka melakukan pemesanan barang belanjaan online. Namun, proses tersebut memicu ekosistem yang rumit antara perangkat lunak, kecerdasan buatan, robot, mobil van, dan pekerja. Pada masa-masa awal belanja online, saat Anda memesan, manusia akan berlari mengelilingi gudang atau toko untuk mengambil barang pesanan Anda. Namun selama bertahun-tahun, perusahaan seperti Ocado telah menggunakan robot untuk mengumpulkan dan mendistribusikan produk, membawanya ke staf, yang kemudian mengemasnya ke dalam kotak untuk pengiriman.
Ocado bukan satu-satunya perusahaan yang berinvestasi dalam otomatisasi semacam itu. Di gudangnya, Asda menggunakan sistem dari perusahaan otomasi Swiss, Swisslog, dan AutoStore dari Norwegia. Di Amerika Serikat, Walmart telah mengotomatisasi bagian dari rantai pasokannya menggunakan robotika dari perusahaan Amerika bernama Symbotic. Automatisasi ini menjadi tulang punggung operasional modern yang memungkinkan perusahaan-perusahaan ini memenuhi permintaan pelanggan dengan lebih efisien dan cepat. Kembali ke Luton, Ocado telah membawa proses otomatisasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Di pusat distribusinya, robot-robot bergerak di sekitar kisi-kisi yang kompleks, membawa barang-barang ke lengan robot, yang kemudian menjangkau dan mengambil apa yang mereka butuhkan untuk pesanan pelanggan. Sekarung beras, sekotak teh, bungkus crumpet, semuanya diambil oleh lengan robot dengan menggunakan cangkir penghisap di ujungnya. Ini mungkin terlihat seperti tambahan yang sepele, tetapi melatih robot untuk mengenali suatu barang, mengambilnya dengan sukses dan memindahkannya ternyata sangat sulit. Di Ocado, sekitar 100 insinyur telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melatih kecerdasan buatan (AI) agar dapat melakukan tugas tersebut.
James Matthews, kepala eksekutif Ocado Technology, menjelaskan bahwa AI harus menginterpretasikan informasi yang datang dari kamera. "Apa yang dimaksud dengan sebuah objek? Di manakah ujung-ujung objek itu? Bagaimana cara memegangnya?" Selain itu, AI juga harus mencari cara untuk menggerakkan lengan. "Bagaimana cara mengambilnya dan mempercepatnya tanpa melemparkannya ke seberang ruangan? Bagaimana cara memasukkannya ke dalam tas?" kata Matthews. Tantangan ini tidak bisa dianggap remeh, mengingat beragamnya bentuk, ukuran, dan berat barang-barang yang perlu diambil dan dipindahkan.
Gudang Luton memiliki 44 lengan robotik, yang saat ini menyumbang 15% dari produk yang mengalir melalui fasilitas tersebut, yaitu sekitar 400.000 item per minggu. Sisanya ditangani oleh staf di stasiun pengambilan. Staf menangani barang-barang yang belum siap untuk ditangani robot, seperti botol anggur yang berat dan memiliki permukaan melengkung, sehingga sulit untuk digenggam. Tetapi sistem ini terus meningkat. Perusahaan ini sedang mengembangkan berbagai alat tambahan untuk lengan robot yang akan memungkinkan mereka untuk menangani lebih banyak jenis barang. "Kami hanya memainkannya dengan hati-hati dan meningkatkannya secara perlahan dari waktu ke waktu," kata Matthews. "Ini adalah kendala yang disengaja dari pihak kami, jadi kami terus memberikan layanan yang baik kepada orang-orang, dan tidak menghancurkan krim custard di setiap pesanan, atau lebih buruk lagi, meletakkan barang di jalur yang berada di bawah roda salah satu robot dan menciptakan insiden."
Kemajuan yang dicapai oleh Ocado dalam otomatisasi robotik menunjukkan betapa seriusnya perusahaan ini dalam meningkatkan efisiensi dan keandalan operasionalnya. Matthews mengakui bahwa dalam dua atau tiga tahun ke depan, Ocado berharap robot-robotnya akan menyumbang 70% dari produk yang diprosesnya. Hal ini tentu saja berarti lebih sedikit staf manusia yang diperlukan untuk tugas-tugas pengambilan dan pengemasan barang, tetapi gudang Luton masih memiliki 1.400 staf, dan banyak di antara mereka yang masih akan dibutuhkan di masa depan.
Meskipun otomatisasi mengurangi jumlah pekerjaan manual, itu juga menciptakan peluang baru dalam bidang pemeliharaan, pengawasan sistem, dan pengembangan teknologi. Ocado telah berusaha untuk memastikan bahwa transisi ini dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan dampak negatif terhadap tenaga kerjanya. Ini adalah bagian dari pendekatan bertahap yang mereka ambil untuk mengadopsi teknologi baru dan mengintegrasikannya ke dalam operasi sehari-hari mereka.
Automatisasi juga membawa manfaat lain yang tidak bisa diabaikan. Dengan robot-robot yang menangani sebagian besar pekerjaan berat dan monoton, risiko cedera pekerja dapat dikurangi secara signifikan. Selain itu, dengan kecepatan dan presisi robot, perusahaan dapat memastikan bahwa pesanan diproses dengan cepat dan akurat, meningkatkan kepuasan pelanggan. Di era di mana konsumen mengharapkan pengiriman yang lebih cepat dan lebih andal, kemampuan untuk memenuhi harapan ini dapat menjadi keunggulan kompetitif yang signifikan.
Perusahaan seperti Ocado menunjukkan bagaimana teknologi dapat mengubah cara kita berbelanja dan menerima barang-barang kebutuhan sehari-hari. Ini adalah contoh nyata bagaimana kecerdasan buatan dan robotika dapat diterapkan dalam industri yang sebelumnya sangat bergantung pada tenaga manusia. Ke depannya, kita mungkin akan melihat lebih banyak perusahaan yang mengikuti jejak Ocado dalam mengadopsi otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka.
Namun, transisi ke otomatisasi juga membawa tantangan dan pertanyaan penting. Salah satu yang paling mendesak adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara efisiensi operasional dan kesejahteraan tenaga kerja. Meskipun otomatisasi dapat mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas, perusahaan juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap karyawan mereka. Ini termasuk menyediakan pelatihan ulang dan peluang pengembangan karir bagi staf yang pekerjaannya mungkin terpengaruh oleh otomatisasi.