Mohon tunggu...
Fajar Prihattanto
Fajar Prihattanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis ide dan pengalaman

Guru seni rupa, pembuat karya seni (gambar, lukis, film, musik), youtuber, dan penyelam keheningan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meniti Jalan Spiritualisme

9 April 2019   01:45 Diperbarui: 10 April 2019   18:52 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan kemampuan-kemampuan mistis, dunia supranatural, dan spiritual. Bagi saya ilmu-ilmu tersebut bukanlah bidang saya. Saya lebih tertarik mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan seni, budaya, pendidikan, dan teknologi. Namun karena memang sejak kecil hobby saya membaca buku dan mempelajari hal-hal baru, spiritualisme menjadi salah satu cabang ilmu yang akhirnya tak luput untuk saya tekuni.

Jika ditelusuri, ketertarikan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan spiritualisme diawali sejak saya menerima ilmu agama dari guru agama, ustadz, dan berbagai sumber. Ada banyak hal yang memantik keinginan untuk menggali jawaban yang lebih luas terhadap banyak hal. Ketidakpuasan terhadap banyak penjelasan menuntut saya mencari jawaban-jawaban baru dari berbagai sumber. 

Sehingga banyak literatur yang terus saya gali, sebagaimana kebanyakan pembelajar, semakin banyak saya mempelajari ilmu, maka semakin merasa bodohlan saya, dan semakin hauslah saya terhadap ilmu. Ajaran-ajaran agama berlatar belakang NU, Muhammadiyah, salafi, tabligh, Hizbut Tahrir, dan lain-lain pernah saya pelajari. Namun semua sumber tersebut belum cukup memuaskan dahaga batin saya.

Ketertarikan pada dunia spiritual menuntun saya menapaki beberapa babak kehidupan yang cukup berwarna. Pengalaman-pengalaman yang bagi kebanyakan orang tidak masuk akal seputar hal-hal ghaib, supranatural, dan spiritual datang silih berganti. 

Sebagai pejalan spiritual amatiran dan tidak berbakat, sebenarnya kurang pantas saya menuliskannya, karena pengalaman saya masih sangat minim. Namun kata hati selalu membisikkan bahwa saya harus menuliskannya. Setidaknya tulisan ini dapat menjadi salah satu catatan sejarah dalam kehidupan pribadi saya. Bersanding dengan video-video karya saya yang mendokumentasikan beberapa fase perjalanan.

Perkenalan saya dengan dunia maya mengantarkan saya pada tulisan-tulisan tentang spiritualisme di media sosial dan website. Beberapa tulisan mereka cenderung mengarah pada sains dan wawasan spiritual secara universal yang menafikan sekat-sekat agama, jalan tengah di antara banyaknya peperangan, kebencian, keterbelakangan, saling menyesatkan satu dengan yang lain. Setelah mengikuti beberapa pembahasan tentang meditasi mata ketiga, tahun 2010 - 2017, saya mempraktikkan meditasi mata ketiga meskipun tidak secara rutin. Yang saya dapatkan adalah ketenangan jiwa, keluasan berpikir, dan kuatnya intuisi.

Sekitar tahun 2017 saya tertarik mengikuti Lembaga Pendidikan Spiritual dan Olahraga Pernafasan Tahta Mataram (TM). TM menawarkan sebuah gemblengan pelatihan tenaga dalam yang digali dari kemampuan diri sendiri tanpa pengisian khodam, mantra, bantuan jin, dan hal-hal yang bernuansa kemusyrikan. 

Dari website dan brosur yang dibagikan, semua keilmuan akan dijelaskan secara logis dan ilmiah. Saya pelajari berbagai sumber tentang tingkatan keilmuan dari terendah hingga tertinggi, kelembagaan, manfaat bagi kesehatan, dan lain-lain. Saya putuskan untuk bergabung karena metode pelatihan dan keilmuannya membuat naluri belajar saya bangkit seketika.

Pada tahun 2017 saya mengikuti berbagai pola latihan pernafasan, meditasi, penyaluran tenaga dalam, dan ujian kekerasan semisal mematahkan kikir, mematahkan besi dragon, badan disabet besi dragon hingga patah, badan menjadi landasan batu yang dipukul, badan dilindas sepeda motor, dan lain-lain. Pelatihan dilaksanakan di Desa Watuagung Kecamatan Baturetno, belasan kilometer dari rumah saya. Saya sangat beruntung karena dipertemukan tiga teman yang berasal dari satu kecamatan di mana saya tinggal. 

Dokpri
Dokpri

Pada tahun 2018, ketika saya dan ketiga teman saya merasa belum banyak mendapatkan keilmuan sesuai yang kami harapkan, saya dan tiga teman saya mendapatkan amanah untuk membuka kepelatihan di kecamatan di mana saya tinggal. Hal itu sebenarnya agak berat kami laksanakan, namun karena kami merasa belum tuntas menggali ilmu, dan amanah tersebut harus kami laksanakan, maka kami bersedia melaksanakannya. 

Kata pelatih kami, ketika kami melatih akan timbul berbagai permasalahan yang hal itu akan membuka misteri keilmuan yang selama ini tersimpan. Selain itu materi-materi yang belum tersampaikan akan diberikan seiring dengan proses kami melatih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun