Mohon tunggu...
Fajar Prihattanto
Fajar Prihattanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis ide dan pengalaman

Guru seni rupa, pembuat karya seni (gambar, lukis, film, musik), youtuber, dan penyelam keheningan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mafia Sholawat, Dakwah Spiritual dalam Balutan Keindahan Seni Budaya

31 Oktober 2018   19:30 Diperbarui: 10 Maret 2019   13:12 3299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gus Ali menjelaskan alasan menjual beberapa sarana penolak santet, pembuang penyakit, pagar badan, dan sejenisnya ketika pengajian Mafia Sholawat. Hal itu dilatar belakangi oleh peristiwa duka masal lalu, kakeknya meninggal disebabkan oleh santet. Gus Ali juga menjelaskan bahwa bagi warga NU, rajah, laku-laku tarikat dan sejenisnya merupakan hal yang biasa dilakukan karena semua memiliki dasar dari kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama terdahulu. Semua bermuara pada upaya dan doa kepada Allah Swt semata, jauh dari niat menduakan Allah Swt atau kemusyrikan. Ibarat orang sakit yang menggunakan obat, maka obat tersebut hanyalah sarana yang diberikan Allah Swt untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Abah Ali sering mengingatkan pentingnya nasionalisme. Fenomena pembakaran "bendera tauhid" yang dilakukan oleh Banser tak luput dari pembahasan. Menurut Gus Ali, bendera pada zaman Nabi Muhammad Saw tidaklah seperti bendera yang selama ini digunakan sebuah ormas terlarang, yang kebetulan sama dengan bendera yang dibakar oleh Banser. Karena ketika zaman Nabi Muhammad Saw menyebarkan Islam, belum ada harokat seperti yang tertulis pada bendera yang dianggap bendera Nabi Muhammad Saw ketika perang. Gus Ali juga menjelaskan, bendera Nabi Muhammad Saw digunakan hanya ketika terjadi perang. Dikhawatirkan jika bendera tersebut dikibarkan pada suasana damai seperti di Indonesia, akan menimbulkan kekacauan/panasnya suasana. Namun Gus Ali mempersilakan jika memang ada orang yang berniat untuk mengibarkan bendera tauhid tersebut dengan niat yang berbeda.

Salah satu kunci kebahagiaan menurut Gus Ali adalah hilangnya rasa kebencian kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sesuai dengan slogan Mafia Sholawat, "Berbeda itu tidak masalah, yang masalah jika kita membeda-bedakan". Perbedaan aliran, organisasi, agama, pilihan, sebaiknya tidak menimbulkan rasa benci di antara sesama manusia.  Perbedaan merupakan sunnatullah yang tak dapat dihindari.

Peran kelompok musik dan penari sufi Semut Ireng cukup penting dalam menjaga mood penonton. Mereka mengiringi sholawat dan dzikir yang digunakan untuk koor massal sepanjang acara. Uniknya lagi, tidak hanya lagu-lagu religi, beberapa lagu Superman is Dead dan lagu nasional juga dibawakan.

Tak heran jika ada beberapa kalangan yang pro maupun kontra dengan pengajian ala Mafia Sholawat. Namun bagi saya memang di sinilah keunggulan Gus Ali Gondrong yang berhasil menarik berbagai kalangan. Kehadiran beberapa kalangan yang dianggap berasal dari "dunia hitam" merupakan fenomena menarik, karena hal itu sangat jarang terjadi. Mayoritas pendakwah hanya berhasil menarik simpati "jamaah putih" saja.

Sering Gus Ali mengajak jamaah untuk bertaubat, bersedekah, menghadiri majelis-majelis pengajian, beribadah ke masjid, dan ibadah-ibadah lainnya.  Kentalnya nuansa nasionalisme, dzikir, dan amar ma'ruf nahi munkar selaras dengan salah satu slogan Mafia Sholawat :

NKRI harga mati

Sholawat sampa mati

Taubat sebelum Mati


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun