Mohon tunggu...
Sulthon Fajar Sholikhin
Sulthon Fajar Sholikhin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia di SMA Negeri 1 Blora, Jawa Tengah. Saya mengajar sejak tahun 2014.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arti dan Mahkota

19 April 2023   20:43 Diperbarui: 19 April 2023   20:53 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Lang, ini bukan seperti yang kamu lihat. Arti, dia yang menggoda bapak! Lihat lah dia tiba-tiba menurunkan celananya, bapak menyuruh dia memakai celananya dengan benar, tapi Arti mengancam akan berteriak kalau bapak tidak mau lang.” Jawab bapaknya membela diri dengan menangis tersedu-sedu.

Arti menggeleng dan menangis, ia meringkuk, menatap Gilang untuk meminta pertolongan. Melihat kondisi Arti yang tak berbentuk itu, Gilang bergegas membawanya untuk pergi melapor ke polisi. Tangan bapaknya mencengkram pundak Gilang dengan keras, lalu berbisik kepadanya.

“Ibu, punya sakit jantung lang. Kamu tidak tahu kan? Sekarang bapak kasih tau kamu! Jika kamu mau ibu tetap hidup bareng kita, jangan laporkan ini ke polisi. Apa kamu tidak mau mencicipi sepupumu yang cantik itu? Bapak janji tidak akan bilang siapapun asal kamu juga tidak bilang kepada siapapun.” Gilang tak menggubris dan menepis tangan lelaki tua itu secara kasar.

Diperjalanan, pikirannya berkecamuk, harus dia apakan sepupu dan bapaknya. Harus apa dia depan ibunya dan keluarga Arti. “Kalau dia hilang, apakah semua masalah akan ikut hilang? Tidak! Tapi setidaknya beberapa masalah ikut hilang kan?” Entah setan apa yang merasuki dirinya, hingga bisa berpikir seperti itu. Jalan pintas yang dibangun oleh setan, telah ia masuki, dan ia mulai melangkahkan kakinya ke jalan maksiat itu.

“Arti?” Ucapnya, membuka obrolan.

“Kenapa mas?” Balas gadis itu.

“Maafin mas ya.” Arti tak mengerti apa maksud dari kalimat terakhir dari kaka sepupunya itu. Kini yang ia pahami ialah, semuanya gelap, matanya sangat berat. Hawa dingin menyelimuti tubuhnya, serta rasa sakit mengalir diseluruh bagian paha dan bawah perutnya bersamaan dengan itu kepalanya begitu nyeri, ia juga mencium aroma yang sangat anyir mengalir ke bawah telinganya.

Ia menahan rasa sakit dan dingin disekujur tubuhnya. Air mata ikut menetes tanpa ia sadari, dibatinnya ia ingin tahu, apa yang terjadi kepadanya? Apakah kehampaan dan rasa sakit ini adalah sebuah kematian yang sering orang-orang ceritakan?

Ditengah-tengah saat ia menahan rasa sakitnya, terdengar suara seorang perempuan berteriak dan menangis histeris. Tak tahu apa yang terjadi, hanya rasa hangat dari sehelai kain lah yang kini ia sedang rasakan. Tak lama, terasa seperti beberapa kulit menyentuh tubuhnya. Entah kenapa rasanya begitu damai dan tenang saat kehangatan mulai menutupi seluruh tubuhnya, dia merasa ini saatnya ia memuaskan rasa kantuknya dengan tidur.

Terdengar suara banyak mesin berdenting ditelinganya, serta cahay yang begitu terang didepan matanya. Rasanya sangat mengantuk, tapi ia penasaran kenapa banyak air menetes ditubuhnya.

“Arti! Bangun nak! Maafkan ayah dan ibu, maaf arti!” Ibu dan ayahnya menangis dengan histeris. Namun Arti tak tahu harus seperti apa, tubuhnya sangat berat untuk digerakkan, hanya matanya yang mampu berkedip. Banyak sekali orang, bahkan dokter dan polisi juga, kenapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun