Koplo, siapa tak kenal genre musik yang satu itu? Hampir semua orang di semua penjuru negeri ini tak asing dengan musik yang khas dengan taluan kendang nan memanjakan telinga itu. Belum lagi liak-liuk biduanitanya yang kerap membuat kita semua blingsatan. Jujur saja, saya tak punya kompetensi di dunia musik. Tapi sebagai penikmat musik, saya kerap dibuat kagum dengan musik yang satu itu. Pasalnya hampir semua jenis lagu dapat diiringi dengan musik koplo.
Sepelan atau secepat apapun alunan musik, ajaibnya, koplo selalu saja bisa mengiringinya. Luwes. Dengan satu-dua tepukan kendang koplo mampu merainkarnasi sebuah lagu. Ya, karena itulah koplo menjadi musik sejuta umat. Musik yang didengar di hampir semua kalangan, dari kanak-kanak hingga kakek nenek.Â
Bashkan saking merkayatknya musik ini membuat beberapa daerah kranjingan dengan dendangannya.
Di beberapa tempat di Indonesia, koplo selaksa candu. Pantura misalnya, daerah sepanjang pantai utara ini adalah rumah bagi musik koplo. Daerah tersebut begitu lekat dengan nama-nama tenar di dunia perkoploan. Â Jadi mulai dari sunatan hingga lebaran musik yang disajikan pasti bernuansa koplo. Utamanya diacara-acara keluarga semisal hajatan pengantin. Di sana koplo adalah hajatan itu sendiri. Belum afdol rasanya jika hajatan digelar tanpa koplo disajikan. Atau malah, belum sah pengantinan seseorang jika belum ada musik koplonya.
Pada titik ini saya berkesimpulan bahwa koplo bisa bertahan berkat kemampuan magisnya melahap semua genre musik. Anehnya koplo melakukan itu dengan cara yang sama. Coba saja Anda perhatikan musik yang diaransemen dengan koplo. Ya cuma gitu-gitu aja. Ia selalu hadir dengan kendang yang bertalu-talu tapi kok ya tidak membosankan. Dan ya begitulah cara hiburan bekerja, susah dinalar. Kita tak wajib mencari alasan kenapa kita bisa terhibur. Yang penting nikmati saja.
Ini jua yang perlu kita amalkan di dunia politik. Bagi awam seperti saya, politik adalah hiburan. Meskipun bagi segelintir orang, ia juga soal bisinis.
Kekinian kita sering sekali dipaksa bingung oleh media terkait pemberitaan dunia politik nasional. Salah satu yang hangat adalah munculnya sosok Anies Baswedan di banyak headline berita. Rasanya ingatan kita sudah terlalu pendek untuk mendaftar kasus dan laku politik yang berkaitan dengan nama Anies.
Kita bisa memulainya sejak Anies nyalon menjadi gubernur Jakarta saja. Beragam permasalahan menyangkut mantan menteri pendidikan ini. Yang masih anget kasus pidato "pribuminya" yang banyak dipersoalkan orang.
Pada derajat tertentu kok Anies ini seperti musik koplo. Ia bisa saja melahap semua genre permasalahan. Mulai dari yang remeh temeh macam gesture lap keringat dengan kanebonya hingga sengketa proyek reklamasi. Anies, sebagaimana koplo, juga sebenarnya menggunakan cara yang sama untuk menghadapi permasalahanya. Kelugasan dan hentakan.
Anies juga serupa candu bagi sebagian pihak. Lihat saja betapa sebagian kelompok ormas begitu militan membela Anies di dunia nyata hingga dunia paket data. Berita tentang Anies juga menjadi marketable. Seperti koplo, Anies menyajikan banyak hal yang berbeda dari politisi lain. Ia begitu "unik"Â dengan retorika dan segala kontroversinya. Betul itu ibarat hentakan kendang yang meski memekakan telinga namun sedap didengar.
Pada akhirnya, sebagaimana koplo, Anies dan dunia politiknya juga cukup kita nikmati saja. Merutuki sajian musik yang sedang berlangsung hanya sia-sia belaka. Hentakkanya terlalu keras untuk mendengar gerutu kita. Mending ikut goyang saja. Kalo cukup uang ya sawer saja!