Banyak pahlawan kita yang jasadnya dimakamkan bukan di tanah kelahirannya. Pocut Meurah Intan hanyalah salah satu contoh saja. Cut Nyak Dien, pahlawan Aceh lainnya juga dimakamkan bukan di Tanah Rencong. Melainkan di Sumedang. Pangeran Diponegoro, meninggal dan dimakamkan di Makassar. Bahkan Syekh Yusuf, pahlawan asal Goa Sulawesi Selatan dimakamkan di Afrika Selatan.
Kepahlawanan tidak mengenal suku, agama, ras dan golongan. Meski bukan orang Aceh, masyarakat Blora harus merawat makam Pocut Meurah Intan. Pun dengan masyarakat Sumedang yang harus menjaga makam Cut Nyak Dien. Masyarakat Makassar yang bertanggungjawab pada makam Pangeran Diponegoro, atau masyarakat kita di Afrika Selatan yang harus menjaga makam Syekh Yusuf.
Masih banyak makam para pejuang yang tak terawat di luaran sana. Tak hanya yang di pemakaman kecil, pahlawan yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan juga banyak yang dibiarkan kumuh. Rumput liar tumbuh tinggi. Batu nisan rusak hingga tak dikenali.
Aksi Ganjar pada makam Pocut Meurah Intan ini, bisa menjadi momentum bagi negara melakukan evaluasi. Negara harus mengambil peran, dalam upaya menghormati jasa-jasa para pahlawan. Tak boleh lagi, ada makam pahlawan yang diterlantarkan.
Seberapapun besar biaya yang dikeluarkan untuk perawatan. Tak sebanding dengan darah, tulang dan duka lara mereka saat berjuang. Merdeka!