Masyarakat adat Suku Tengger yang mendiami kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), di era modern ini berhadapan langsung dengan program pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo Tengger Semeru (KSPN BTS). Perencanaan proyek KSPN TNBTS sendiri telah diatur guna melaksanakan pembangunan terpadu yang lebih modern dan tertata rapi. Namun, program ini dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan eksistensi dari masyarakat adat Suku Tengger itu sendiri.
Maka dari itu, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang terdiri dari Fajar (FISIP 2020), Muhammad Rizal Efendi (FILKOM 2020), Zulul Shafa Tafiana (FISIP 2020), Fadya Chairunnisa (FISIP 2020), dan Gratio Ignatius Sani Beribe (FISIP 2020) dengan dosen pembimbing Dr Wawan Edi Kuswandoro S.Sos., M.Si., melakukan penelitian untuk menelisik nilai-nilai ilmiah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat adat suku Tengger yang kini tengah berhadapan dengan program pembangunan KSPN Bromo Tengger Semeru.
Penelitian yang mereka lakukan merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial-Humaniora (RSH) yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) tahun 2023.
“Kami ingin menelisik kearifan lokal serta modal sosial yang dimiliki masyarakat adat suku Tengger sebagai upaya menjaga tatanan sosial mereka di tengah modernisasi pembangunan” ujar Fajar selaku Ketua Tim.
Berdasarkan hasil riset bersama rekan setimnya, modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat adat suku Tengger sangat berperan dalam upaya menjaga tatanan sosial masyarakat adat suku Tengger. Namun, fakta yang didapatkan dari penelitian mereka menunjukan bahwa modal sosial yang dimiliki masyarakat adat Suku Tengger kini mulai tergerus oleh modernisasi pembangunan, termasuk KSPN TNBTS. Maka dari itu, sudah sepatutnya nilai serta kearifan lokal yang dimiliki masyarakat adat suku Tengger dirawat dan dipelihara dengan berbagai aksi dan upaya nyata.
“Nilai-nilai kearifan lokal serta modal sosial yang dimiliki masyarakat adat suku Tengger dapat menjadi acuan model pembangunan berkelanjutan berbasis kearifan lokal yang dapat diimplementasikan dalam program pembangunan nasional di Indonesia” jelas Fajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H