Sistem sosial, menurut Campbell merupakan suatu himpunan atau bagian yang saling berhubungan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan orang lain. Sistem sosial menggunakan istilah "sosial" untuk menggambarkan masyarakat atau sekelompok orang yang hidup bersama, berkomunikasi, dan berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian, istilah "sosial" merupakan kebalikan dari "individual", yang diartikan sebagai sendiri atau hidup sendiri. Kemudian Setiadi dan Kolip mendefinisikan sistem sosial sebagai komponen kehidupan masyarakat yang saling berhubungan dan berdampak, seperti tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok sosial. Hubungan tersebut akan menghasilkan produk-produk interaksi itu sendiri, yaitu nilai dan norma sosial yang keadaannya selalu dinamis.
Sistem sosial terdiri dari enam bagian, yaitu pertama adalah kepercayaan bahwa sistem sosial berjalan dengan benar atau tidak. Kedua adalah perasaan, hal yang menentukan bagaimana pola perilaku masyarakat setelah mengalami peristiwa yang terjadi pada sistem sosialnya. Ketiga adalah tujuan, tujuan merupakan salah satu faktor yang membentuk sistem sosial karena dengan adanya tujuan masyarakat dapat memahami keberadaan sistem sosial. Keempat norma, norma adalah aturan masyarakat yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana seseorang atau kelompok orang bertindak. Kelima peran dan status, seperti kontribusi yang dilakukan untuk masyarakat, sedangkan status dapat mencakup posisi sosial yang dijabat seperti kepala desa. Keenam, sanksi terdiri dari nilai dan norma yang ditetapkan untuk memastikan bahwa semua orang menaatinya. Jika seseorang melanggarnya, mereka akan dihukum sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
Keanekaragaman budaya Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, golongan, dan bahasa, sangat memengaruhi sistem sosial di indonesia. Apabila suatu bagian dalam sistem sosial tidak berjalan dengan benar, hal ini dapat membawa ancaman seperti konflik antarsuku, separatisme, etnosentrisme, dll. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika berfungsi sebagai pedoman untuk menyatukan suatu perbedaan dan menjujung tinggi toleransi dalam setiap sistem sosial. Contoh kecil di Indonesia, salah satunya adalah sistem sosialnya yang cukup kompleks, seperti di suatu masyarakat desa memiliki kepala desa dan adanya kebijakan yang harus di terapkan seluruh masyarakat desa guna membentuk keteraturan di desa tersebut, contohnya seperti kerja bakti, pos ronda, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H