Mohon tunggu...
Fajar Hidayatullah
Fajar Hidayatullah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STKIP PGRI Bangkalan

Bidang keahlian motor learning, analisis performa olahraga, tes dan pengukuran

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Potensi Hilangnya Sebuah Generasi (Lost Generation) dalam Olahraga Indonesia Pasca Pandemi

2 November 2021   22:17 Diperbarui: 3 November 2021   01:40 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan di indonesia selama hampir dua tahun terakhir walau telah berangsur longgar di akhir tahun 2021 telah membuat berbagai kegiatan dan kompetisi olahraga mulai tingkat internasional hingga tingkat lokal dihentikan atas nama kesehatan dan keselamatan. Penghentian kegiatan olahraga secara masif ini telah beresiko membuat putusnya rantai pembinaan olahraga di indonesia pada khususnya meskipun dalam beberapa kesempatan kompetisi skala internasional dan nasional tetap bisa dilaksanakan walau telah tertunda namun tidak serupa dengan kompetisi di tingkat lokal maupun regional.

Aturan penanganan pandemi yang tidak mendukung pelaksanaan kompetisi olahraga yang cenderung menimbulkan kerumunan dalam skala yang besar membuat kompetisi olahraga di berbagai daerah tidak kunjung dapat terlaksana. Aturan PPKM yang berbeda pada tiap daerah juga membuat sinkronisasi kegiatan olahraga antar daerah semakin tidak mungkin untuk dilakukan terutama dalam skala provinsi dengan beberapa daerah aglomerasi yang memiliki level PPKM lebih tinggi daripada lainnya. Bahkan kendala ini tidak hanya menghilangkan kesempatan untuk berkompetisi olahraga tapi juga termasuk kegiatan olahraga lainnya diluar hal tersebut.

Pembinaan olahraga yang membutuhkan aktifitas fisik yang berkumpul antara atlet satu dengan lainnya menjadi tidak dapat terlaksana dengan baik terutama pada daerah Kota/Kabupaten yang memiliki level PPKM lebih tinggi. Hal ini tentunya akan mempengaruhi daerah-daerah tersebut dalam mempersiapkan atlet dalam pembinaan usia dini yang dalam masa pandemi ini secara statistik dianggap rentan terpapar COVID-19 seperti halnya mereka yang berusia lanjut. 

Terganggunya pembinaan usia dini ini tentunya akan mengancam rantai pembinaan olahraga di Indonesia yang mungkin dampaknya baru terasa dalam beberapa tahun yang akan datang. Seperti halnya yang pernah disampaikan oleh ahli pembinaan atlet jangka panjang Dr Istvan Balyi yang mengutip teori Herbert Simon yang merupakan ahli psikologi kognitif peraih hadiah nobel "it take ten years in extensive training to excel in anything". Berdasarkan teori tersebut tentunya kita perlu untuk khawatir bahwa risiko hilangnya calon atlet berprestasi olahraga di Indonesia bisa terjadi di masa yang akan datang akibat dampak dari hal ini.

Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi para ahli di bidang olahraga untuk mencari berbagai solusi dinamis yang dapat dimanfaatkan untuk dapat digunakan sebagai strategi dalam mengatasi berkurangnya aktivitas dan pembinaan olahraga selama masa pandemi. Beberapa ide latihan olahraga mungkin telah coba dilakukan, seperti memusatkan pelatihan dalam sebuah ruang lingkup terbatas (karantina) dengan protokol kesehatan yang ketat. Namun hal ini tentunya akan sulit dilakukan di daerah dengan sumber pendanaan yang terbatas. 

Serta muncul pula beberapa ide untuk secara mandiri berkembang di masyarakat namun tentunya hal tersebut menjadi sangat terbatas manfaatnya pada peningkatan kapasitas secara individual, lalu bagaimana bagi para atlet yang termasuk pada olahraga yang membutuhkan sebuah tim untuk dilakukan. Sementara ini latihan mandiri bisa menjadi salah satu jalan keluar bagi atlet yang terlibat dalam cabang olahraga individual, hingga muncul juga istilah virtual coaching yang sepenuhnya dilakukan atlet secara privat dengan pelatih maupun instrukturnya. 

Akhir-akhir ini saat pandemi mulai menurun secara statistik protokol kesehatan untuk aktifitas yang melibatkan banyak orang mulai dilonggarkan dengan beberapa aturan spesifik tertentu. Seperti halnya semua yang terlibat harus telah vaksin, melakukan tes pcr/antigen secara berkala dan pembatasan jumlah orang yang terlibat secara langsung. Dalam pembatasan jumlah peserta yangterlibat latihan olahraga dapat diatasi dengan metode blended ataupun hibrid dimana terdapat beberapa atlet yang beraktifitas latihan secara daring serta sebagian lagi beraktifitas secara luring dengan memenuhi protokol kesehatan yang berlaku saat ini.

Selain metode blended dan hibrid ini tentunya masih ada peluang pengembangan strategi pembinaan olahraga yang harus dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan potensi hilangnya generasi penerus atlet-atlet Indonesia untuk berprestasi dalam bidang olahraga. Butuh upaya serius dari pihak pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai penunjang sistem keolahragaan di indonesia sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun