Mohon tunggu...
Fajar GunawanAfandi
Fajar GunawanAfandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Energizerr

mahasiswa pascasarjana Universitas Pertahanan Co-XIII

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perang Rusia-Ukraina Berdampak Negatif terhadap Ketahanan Energi Nasional

31 Agustus 2022   02:05 Diperbarui: 31 Agustus 2022   02:08 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perang Rusia dan Ukraina memberikan dampak yang negatif bagi perekonomian dunia. Rusia sebagai salah satu penghasil minyak dan gas dalam skala besar ditingkat dunia saat ini tengah diembargo oleh amerika serikat, uni eropa, dan negara-negara lain yang turut mengecam tindakan Rusia terhadap Ukraina. Embargo tersebut mengakibatkan suplai gas dari Rusia ke negara negara eropa terhenti dan menyebabkan ketidakseimbangan sistem energi di berbagai belahan dunia yang tentunya berdampak pada perekonomian suatu bangsa. Untuk menyikapi hal tersebut, negara negara yang tidak lagi mendapat suplai minyak dan gas dari rusia mulai beralih ke sumber energi lain. Peralihan ini menimbulkan lonjakan harga komoditas sumber daya tertentu seperti batu bara. Beberapa negara uni eropa yang sangat bergantung pada gas alam Rusia mulai tertarik untuk mmenggunakan batu bara sebagai alternatif energi pengganti gas alam Rusia karena dinilai murah meskipun mengakibatkan dampak lingkungan yang besar. Sebagian negara lain memilih untuk mengembangkan potensi energi terbarukan yang dimiliki masing-masing negara. Hal tersebut mengakibatkan harga komponen energi terbarukan meningkat cukup pesat. Alternatif lain yang dipilih oleh negara negara terdampak embargo energi adalah melakukan efisiensi energi. Contoh dari efisiensi yang dilakukan adalah dengan menghimbau masyarakatnya untuk menghemat penggunaan listrik dengan menurunkan suhu pemanas sebesar 1 derajat. Meskipun terlihat sepele namun hal ini terbukti mampu memberikan dampak yang signifikan apabila dilakukan secara masif.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Indonesia bukan merupakan negara pengonsumsi gas alam Rusia, oleh sebab itu perang Rusia dan Ukraina tidak terlalu memberikan dampak negatif yang sangat besar terhadap ketahanan energi nasional. Namun hal tersebut bukan berarti tidak terdapat dampak negatif sama sekali akibat terjadinya perang tersebut. Indonesia saat ini masih mengimpor beberapa jenis sumber daya energi seperti minyak. Minyak merupakan salah satu komoditas yang mengalami lonjakan harga yang tinggi akibat terjadinya perang Rusia Ukraina. Lonjakan harga tersebut tentu berpengaruh terhadap negara negara pengimpor minyak. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan skema subsidi terhadap komoditas minyak. Lonjakan harga minyak yang tinggi mengakibatkan Indonesia kewalahan dalam menutupi biaya subsidi untuk menjaga keseimbangan pasar. Kebijakan pemerintah dalam menyikapi hal ini adalah dengan mencabut subsidi beberapa bahan bakar minyak seperti pertamax. Pancabutan subsidi ini tentu akan memberikan pengaruh positif terhadap keuangan negara, namun dilain sisi masyarakat selaku konsumen merasa kewalahan dengan harga yang ditawarkan produsen tanpa melalui subsidi. Hal tersebut mengakibatkan banyak masyarakat yang beralih menggunakan bahan bakar minyak jenis lain seperti pertalite. Peralihan secara besar besaran ini mengakibatkan ketersediaan Pertalite menjadi langka di beberapa daerah. Apabila hal ini biarkan begitu saja oleh pemerintah, maka akan terjadi kenaiakan harga diberbagai sektor dan apabila kenaikan tersebut tidak diimbangi oleh kenaikan pendapatan maka hal tersebut dapat memicu terjadinya krisis moneter.

Apabila ditinjau dair indikator ketahanan energi (availibility, accesibility, affordability, dan acceptability) maka Perang antara Rusia dan Ukraina akan berdampak pada aspek affordability. Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan lonjakan minyak yang signifikan, akibatnya Indonesia selaku negara pengimpor minyak kewalahan menerapkan subsidi sehingga dilakukan pencabutan subsidi. Pencabutan inilah yang mengakibatkan keterjangkauan harga bahan bakar minyak berkurang. Hal ini merupakan masalah yang sangat serius mengingat masyarakat Indonesia sangat bergantung pada bahan bakar minyak sebagai bahan bakar kendaraan. Pemerintah harus cermat dan tepat dalam memilih alternatif kebijakan untuk menyikapi situasi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun