Mahasiswa, sebagai salah satu bagian dari kehidupan kampus, diharapkan mampu membawa semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan salah satu visi dan misi yang menjadi tujuan untuk seluruh perguruan tinggi negeri yang ada di indonesia. Semangat dalam Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Kepada Masyarakat menjadi tujuan perguruan tinggi untuk ikut serta dalam mengembangkan pembangunan negeri.
Seiring dengan perkembangannya, mahasiswa sebagai kaum intelektual menghadapi permasalahan yang semakin banyak. Tidak hanya berkarya mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi saja, namun dalam urusan negara yang lainnya. Sebagai contohnya dalam bidang politik, mahasiswa dengan gerakannya menggulingkan rezim Soekarno pada tahun 1965 dan juga rezim Soeharto pada tahun 1998.
Tak ayal bagi orang-orang yang berkepentingan, mahasiswa bukan hanya sekumpulan orang-orang berpendidikan. Namun juga mampu dijadikan sebagai alat politik untuk menguasai pucuk pemerintahan. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa dalam gerakan-gerakan mahasiswa itu terdapat kepentingan-kepentingan politik seseorang atau sekelompok orang yang "membonceng" nama gerakan mahasiswa.
Seperti yang kita ketahui, bahwa dalam gerakan mahasiswa pada tahun 1965 saat menggulingkan pemerintahan Soekarno, terdapat lobi-lobi politik dari orang-orang yang berkepentingan di dalamnya. Otomatis, ketika Soekarno lengser banyak aktivis-aktivis mahasiswa berbondong-bondong masuk menjadi anggota Badan Pemerintahan, baik Eksekutif maupun Legislatif. Sepengetahuan saya sudah banyak artikel ataupun buku yang menulis tentang hal ini. Hal serupa juga terjadi pada masa penggulingan rezim Soeharto.
Gerakan Mahasiswa mungkin memang menjadi salah satu praktek bagaimana peran mahasiswa di masyarakat, khususnya dalam konteks bernegara. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa nantinya mahasiswa sebagai pemudalah yang akan memimpin dan menentukan nasib bangsa ini. Sehingga segala urusan negara, termasuk politik, juga akan diserahkan kepada mahasiswa. Bukankah dalam Konstitusi kita juga mewajibkan seluruh warga negara untuk ikut dalam kehidupan berpolitik dan menentukan nasib bangsa ini? Maka tidak ada yang salah apabila mahasiswa juga ikut berpolitik dan tidak ada yang salah ketika gerakan mahasiswa dimasuki politik.
Karena alasan itu, dari dulu banyak gerakan-gerakan mahasiswa yang berafiliasi dengan partai-partai politik. Seperti GMNI yang dekat dengan PNI, HMI yang dekat dengan Masyumi, dan lain-lain. Hingga saat ini pun juga masih hidup gerakan-gerakan seperti itu, namun karena memang partainya yang dahulu sudah tidak ikut pemilu, maka partai-partai baru pun juga mendekati gerakan-gerakan mahasiswa. Alasan agar mudah mencari pekerjaan adalah alasan yang lazim seorang mahasiswa ikut dalam gerakan-gerakan mahasiswa yang memang memiliki akses untuk menuju Pemerintahan.
Namun dalam bernegara, menurut saya mahasiswa juga tidak boleh melupakan semangat dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Karena sebagai bagian dari Perguruan Tinggi itulah tujuan utama dalam bernegara. Di sini saya tidak mengecilkan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun dalam praktiknya, hanya sebagian kecil mahasiswa saja yang mampu mewujudkan tujuan mulia itu.
Dalam Pendidikan dan Pengajaran, banyak mahasiswa tidak secara sadar memberikan pendidikan dan pengajaran dari ilmu yang didapatkan di Perguruan Tinggi untuk masyarakat terpinggirkan. Penelitian dan Pengembangan juga belum dilakukan sebagian besar mahasiswa, karena dalam hal teknologi dan pengembangan ilmu-ilmu baru di Indonesia adalah berasal dari luar negeri. Kemudian dalam Pengabdian Kepada Masyarakat, hanya segelintir mahasiswa yang aktif dalam kegiatan masyarakat dan menggerakkan masyarakat menuju masyarakat yang sejahtera.
Dalam hal yang berkaitan politik, mahasiswa sebagai salah satu pengawas tegaknya demokrasi yang sudah mendapatkan teori-teori ilmu pengetahuan seharusnya memberikan masukan bagaimana idealnya menghadapi permasalahan negara yang timbul. Tentu dengan budaya kaum intelektual yang sopan dan santun tetapi kritis. Melalui tulisan atau pun berbagai cara yang positif dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Begitulah persimpangan jalan yang dihadapkan pada mahasiswa, tinggal individu-individu yang menentukan jalan apa yang akan mereka lalui. Karena kehidupan bukan teori dan dalam praktiknya, kehidupan yang akan dihadapi mahasiswa memang sangat keras, maka tinggal memilih masa depan diri sendiri atau masa depan bangsa ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H