Halo kompasianer!
Seperti yang kita tahu, di zaman sekarang ini mudah sekali untuk mendapatkan kepopuleran, hanya dengan membuat vidio kreatif 3 menit kita bisa dikenal banyak orang dari segala penjuru dunia. Hal ini mungkin bisa jadi manfaat atau malapetaka, tergantung kita yang harus pintar - pintar memfilter mana yang baik dan mana yang buruk. Tentunya kita harus berfikir sebelum bertindak agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Tak jarang konten yang kita anggap menarik dan bagus untuk dilihat banyak orang justru bisa menjadi boomerang untuk diri kita sendiri.
Tak terhitung berapa orang yang sudah memiliki catatan kriminal hanya dengan memposting konten yang dianggapnya sepele namun tidak disangka dapat menjadi malapetaka yang bahkan menjadi ancaman bagi masa depan dirinya sendiri. Hal ini tentunya menjadi problem masyarakat terutama orang tua ketika banyak anak muda bahkan remaha yang tidak memikirkan hal apa yang kemudia terjadi ketika mereka melakukan sesuatu.
Dikutip dari SuaraJogja.id-Seorang tenaga kesehatan viral di Tiktok, karena curhat pengalamannya memakaikan kateter urin bagi pasien laki-laki.
Dalam video tersebut, perempuan dengan akun tiktok @moditabok tersebut bermasker dan mengenakan kacamata.
Di tengah video yang disertai emotikon api membara itu, ia menuliskan beberapa kalimat.
"Ketika aku harus masang kateter urin/DC untuk pasien cowok. Mana udah cakep, seumuran lagi," tulisnya dalam video.
Kasus diatas merupakan salah satu dari beberapa kasus yang terjadi terkait masalah tren dan media sosial. Tentunya kasus tersebut tidak bisa dianggap sepele karena berhubungan dengan pelecehan seksual dan pelanggaran kode etik seorang perawat. Yang pada kenyataannya pelaku merupakan mahasiswa di suatu universitas yabg sedang melaksanakan kegiatan praktek. Tidak hanya mengancam pendidikan pelaku, kasus tersebut telah merugikan banyak pihak, mulai dari rumah sakit yang dianggap tidak bisa menjaga rahasia pasien, universitas yang mendapatkan nama jelek akibat mahasiswany yang melakukan tindak kejahatan pelecehan seksual, bahkan orang tua yang merupakan pihak yang paling dirugikan. Bukan mendapatkan rasa bangga justru mendapat aib sekaligus cemoohan karena dianggap tidak bisa mendidik anak dengan baik.
Tidak disangka, komenan warganet terhadap konten tersebut justru malah mendukung sang pelaku, dimana mereka menanggapi dengan rasa senang bahkan beberapa ingin menggantikan sang pelaku karena dianggap malakukan pekerjaan yang menyenangkan. Tentunya ini menjadi permasalahan yang serius ketika warganet justru membenarkan tindakan pelaku yang justru menjadi pihak yang melakukan kesalahan fatal. Pihak rumah sakit pun segera melakukan klarifikasi bahwa pelaku bukanlah pegawai melainkan mahasiswa yang sedang melakukan praktek. Begitupun juga universitas yang cepat memberikan klarifikasi dan juga permohonan maaf kepada pihak rumah sakit dan beberapa pihak yang dirugikan terkait masalah tersebut. Tak lupa universitas juga melakukan tindakan untuk menangani sang pelaku atas tindakan yang dilakukannya.
Kasus tersebut tentunya harus menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati - hati ketika melakukan sesuatu. Karena apa yang mungkin kita anggap hal sepele justru bisa menjadi malapetaka bagi diri kita sendiri maupun banyak pihak. Oleh karena itu di zaman yang mudah viral ini, kita harus pintar - pintar memanfaatkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H