Oleh : faiz alzawahir
Memang dari dulu sampai sekarang tidak ada hasil final yang dapat memuaskan manusia mengenai siapa dia sebenarnya. Meski demikian, memahami manusia sudah menjadi kemestian awal yang harus manusia lakukan sebelum ia beranjak untuk memahami hal-hal lain yang berada di luar dirinya sendiri. Manusia yang tidak mengenal dirinya, akan kesulitan dalam memahami yang lainnya. Hal ini sebagaimana telah di ungkapkan oleh Socrates[1] kepada murid-muridnya ketika ia membicarakan pemikirannya tentang manusia.
“adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu, jika ia hendak mengetahui hal-hal lain di luar dirinya” [2]
Selain ungkapannya tersebut, Socrates juga mengatakan bahwa belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang manusia. Kalimat tersebut memang sederhana, namun jika dikaji secara fiosofi, kalimat itu mengandung makna yang amat dalam. Manusia merupakan sentral segalanya. Manusia mengatur dirinya, ia membuat peraturan untuk itu; manusia mengatur alam dan ia membuat peraturan untuk itu. Manusia mengurus dirinya juga alam berdasarkan manusia itu sendiri (Ahmad Tafsir, 2006: 7-8).
Tulisan ini, yang saya beri judul “Memahami Manusia Paripurna Sebagai Upaya Pencarian Identitas Diri” berusaha membongkar konsep manusia paripurna. Dengan harapan di era moral yang hampir punah ini, setiap manusia mampu memahami dirinya, dan hal-hal lain di luar dirinya, serta mampu memahami keterkaitan dirinya dengan yang lainnya. Misalnya memahami siapa dirinya, historitasnya, memahami antara keterkaitan dirinya dengan orang lain, alam semesta, bahkan dengan Tuhan yang menjadi sumber segala sesuatu.
MANUSIA; DARI HISTORI SAMPAI PEMIKIRAN
HISTORITAS MANUSIA
DAFTAR PUSTAKA