Tafsir, Ahmad, 2006, Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia, Bandung: Rosdakarya.
Murtiningsih, Wahyu, 2012, Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, Jogyakarta: IRCiSoD.
Â
[1] Socrates adalah seorang filusuf dari ahena yang lahir pada tahun 470 SM. Ia merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan pada kurun waktu berikutnya, Plato menjadi guru Aristoteles. Selain menjadi tokoh penting bagi masyarakat Yunani, ia juga merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Dan dengan metode yang digunakannya (metode elenchos atau metode majeutike – kebidanan atau menguraikan) dalam mengkaji dan menguji konsep segala sesuatu, Socrates juga dikenal sebagai bapak serta sumber filsafat.
Socrates hidup di tengah keruntuhan imperium Athena. Dimana bermunculan para penguasa politik yang sombong juga para pemuda yang terbius oleh doktrin relativisme dari kaum sofis. Sebuah doktrin yang mengatakan bahwa semua kebenaran itu relatif. Doktrin relativisme telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, serta mengguncankan keyakinan agama. Sehingga menimbulkan kebingungan dan kehancuran tatanan kehidupan. Melihat kondisi Athena yang demikian, Socrates bangkit, kemudian meyakinkan kepada masyarakat Athena bahwa tidak semua kebenaran itu bersifat relatif, tetapi ada juga kebenaran umum yang dapat menjadi pegangan semua orang. Kebaikan dalam pandangan Socrates berasal dari pengetahuan diri. Sebab menrutnya, manusia terlahir untuk suatu tujuan. Manusia pada dasarnya jujur, dan kejahatan merupakan suatu tindakan akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang.
Socrates menikah dengan seorang perempuan yang bernama Xantippe, dan dikarunia tiga anak darinya. Socrates meninggal pada tahun 399 SM dalam usia tujuh puluh tahun, dengan kematiannya yang sangat ironis, yaitu dengan meminum racun sebagai hasil putusan peradilan atas tuduhan bahwa ia telah merusak generasi muda lewat pemikirannya. Putusan tersebut dilakukan secara voting, dengan hasil 280 mendukung hukuman mati baginya, dan 220 menolaknya.
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia, 2006, hal. 8.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H