Kabupaten Brebes merupakan penghasil terbesar komoditas bawang merah di tataran nasional. Pusat bawang merah tersebar di 11 kecamatan (dari 17 kecamatan) dengan luas panen per tahun 20.000 - 25.000 hektar. Dari sekitar 1,7 juta penduduk Brebes, sekitar 70 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 53 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes, yang 50 persen dari pertanian bawang merah. Salah satu kecamatan yang menjadi sentra bawang merah di Brebes yaitu Kecamatan Wanasari. Di Desa Pesantunan Kecamatan wanasari banyak sekali lapak-lapak bawang merah yang masih tetap ramai akan petani. Di lapak-lapak ini petani mengolah bawang merah hasil panennya sebelum dijual ke para tengkulak maupun pasar. Limbah bawang merah tersebut masih berserakan di sekitar lapak-lapak di Desa Pesantunan sehingga mencemari lingkungan terutama akses jalan di depan lapak.
Dalam program ini mahasiswa tim II KKN Â Undip ingin membantu perekonomian masyarakat dengan cara mengolah limbah tersebut menjadi produk yang bermanfaat dan berbisnis secara online. Masyarakat desa sendiri belum mengetahui bagaimana cara memanfaatkan limbah tersebut sehingga dapat menjadi produk yang memiliki nilai guna lebih. mahasiswa ingin mengenalkan pada masyarakat bagaimana cara membuat pupuk organik cari dari limbah kulit bawang merah dan air cucian beras. Pupuk organik cair dari limbah ini dapat digunakan para petani untuk bercocok tanam kembali sehingga lebih menghemat pengeluaran untuk membeli pupuk. Pupuk organik cair ini berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi tumbuhan (kandungan dari kulit bawang) dan juga air cucian beras yang banyak mengandung unsur hara terutama Natrium, Phospohor, dan Kalium.
Selain mengadakan penyuluhan di lapak petani (30/07/2020) penyuluhan juga dilakuakan di UKM pengolah bawang merah (05/08/2020) yang mana menghasilkan limbah dari kulit bawang merah setiap harinya. Penyuluhan pada UKM tidak hanya berhenti di situ saja namun dilakukan juga pendampingan dalam berbisnis online dalam memasarkan pupuk dan juga bawang goreng hasil olahannya secara online. Pendampingan dilakukan dalam hal pemasaran produk berupa cara pengemasan produk dan juga menambahkan variasi pada rasa bawang goreng tersebut. Pemilik UKM dapat menerima masukkan tersebut dan juga berencana untuk memulai bisnis online-nya. Mahasiswa juga membuatkan video cara pembuatan pupuk tersebut yang diupload ke dalam youtube agar dapat disebarluaskan ke seluruh warga desa sehingga bisa memanfaatkan limbahnya untuk tanaman rumahnya.
Tak berhenti di situ, mahasiswa juga ikut memperhatikan keresahan masyarakat desa  terhadap penularan Covid-19. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, masyarakat sekitar masih banyak yang belum menaati protokol kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya edukasi terhadap masyarakat akan protokol pemerintah terutama ketika era new normal ini. Maka dari itu dibutuhkan edukasi lebih terhadap masyarakat untuk tetap menaati protokol demi menekan angka penularan lebih lanjut. Edukasi yang dilakukan diharapkan dapat menyeluruh ke seluruh masyarkat dengan tepat dan efektif.Â
Dalam hal ini mahasiswa berinisiatif untuk membuatkan website Covid untuk desa (covidsantunan.site) agar edukasi dan informasi tentang Covid yang ada di desa dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah. Website ini akan dioprasionalkan oleh gugus-gugus Covid yang ada di desa. Penyuluhan tentang pengoprasionalan website pun dilakukan di kediaman mahasiswa yang dihadiri oleh 5 gugus Covid desa pada 21 Juni 2020 dengan tetap memperhatikan protokol yang ada. Dalam penyuluhan selain diajarkan mengenai pengoprasionalan website juga dilakukan penyuluhan cara membuat masker dan handsanitizer rumahan. Pada pertemuan tersebut ditetapkan pula admin website  dari salah satu gugus Covid Desa Pesantunan.