Sosial media telah berkembang menjadi komponen penting dalam kehidupan modern. Salah satu platform yang paling populer adalah TikTok, sebuah aplikasi video pendek yang memberikan ruang bagi penggunanya untuk berkreasi, mengekspresikan diri, dan bahkan mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Namun, perkembangan TikTok tidak selalu membawa dampak positif. Dalam beberapa kasus, TikTok digunakan untuk hal-hal yang kurang etis, salah satunya adalah mengemis secara online. Hal ini menjadi sorotan publik setelah munculnya sejumlah kreator konten yang sengaja memanfaatkan simpati penonton untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Salah satu contohnya adalah TikTokers seperti "Sadbor," yang dikenal karena melakukan berbagai aksi di platform tersebut dengan tujuan menarik perhatian dan belas kasihan para penonton. Aksi-aksi semacam ini dapat memanipulasi para penonton, antara mereka yang merasa simpati dan memberikan dukungan, dengan mereka yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk eksploitasi emosi demi keuntungan pribadi.
Fenomena Mengemis di TikTok Fenomena mengemis di TikTok biasanya muncul dalam berbagai bentuk. Pengguna yang ingin mendapatkan perhatian dan bantuan dari penonton seringkali menampilkan konten yang menyedihkan, mengharukan, atau bahkan dramatis. Bentuk mengemis ini bisa berupa:
1. Live Streaming: Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah "siaran langsung", di mana para TikTokers melakukan siaran langsung untuk menceritakan atau menunjukkan tantangan hidup yang mereka hadapi. Untuk menarik perhatian dan simpati penonton, siaran ini biasanya menggunakan narasi yang penuh emosi, seperti berbagi cerita tentang kemiskinan, masalah keluarga, atau kondisi hidup yang sulit. Dia berharap penonton yang baik hati akan memberikan hadiah virtual, yang berupa stiker atau simbol khusus di aplikasi TikTok, yang dapat dikonversi menjadi uang nyata, sehingga mereka dapat menghasilkan uang. Banyak perdebatan tentang fenomena ini karena, meskipun ada beberapa penonton yang senang bisa membantu, ada juga yang menganggap tindakan tersebut sebagai penipuan belas kasihan publik.
2. Konten Video Sedih: Salah satu cara lain adalah melalui konten video sedih, di mana para kreator dari TikTok membuat video pendek yang menceritakan kesulitan hidup mereka. Mereka sering menceritakan atau menunjukkan berbagai masalah pribadi dalam video ini, seperti situasi keuangan yang memprihatinkan, perjuangan melawan penyakit serius, atau masalah keluarga yang menyedihkan. Musik latar yang menyentuh hati, teks dramatis, dan visual yang menyentuh hati biasanya digunakan dalam video-video tersebut untuk membuat penonton menjadi merasa iba. Banyak penonton kemudian bersemangat untuk mendukung dengan memberikan komentar positif, berbagi video untuk lebih banyak orang melihatnya, atau bahkan memberikan hadiah virtual jika ada siaran langsung. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa individu yang benar-benar membutuhkan bantuan, kritik muncul bahwa metode ini dapat digunakan untuk kepentingan pribadi dengan cara "menjual" kesedihan orang lain. Hal ini memicu perdebatan di antara pengguna TikTok tentang etika pembuatan video dan kredibilitas konten.
3. Pemberian Tantangan: Cara yang terakhir adalah dengan memberikan tantangan, di mana para TikTokers melakukan tindakan ekstrim atau menarik perhatian penonton untuk menarik interaksi. Dalam tantangan ini, kreator biasanya mengatakan, "Jika kalian memberikan sejumlah hadiah virtual, saya akan melakukan aksi tertentu seperti mencukur rambut, menyiram tubuh dengan air es, atau menari di tempat umum". Sementara ide-ide tantangan ini seringkali dikemas dengan elemen hiburan, tidak jarang juga melibatkan tindakan yang berisiko, aneh, atau bahkan tidak pantas hanya untuk menarik perhatian penonton dan mendapatkan donasi mereka. Dengan memberikan hadiah virtual, penonton yang tertarik atau tertarik untuk melihat hasil dari tantangan tersebut cenderung terdorong untuk berpartisipasi. Fenomena ini cukup kontroversial karena meskipun sebagian orang menganggapnya kreatif, tantangan seperti ini seringkali menempatkan kreator dalam bahaya, terutama jika tindakan tersebut berbahaya. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa tren ini mendorong eksploitasi demi keuntungan pribadi dan memanfaatkan rasa ingin tahu atau hiburan penonton untuk mendapatkan sumbangan secara tidak etis.
studi Kasus: Salah satu contoh yang cukup terkenal dalam fenomena ini adalah seorang TikToker dengan nama 'Sadbor'. Nama ini tampaknya diambil dari kata "sad" yang berarti sedih dalam bahasa Inggris, dipadukan dengan "bor" yang mungkin merujuk pada karakteristik tertentu atau sekadar nama yang mudah diingat. Nama tersebut secara langsung mencerminkan citra yang ingin ia bangun yaitu sosok yang penuh kesedihan dan penderitaan.
Dalam konten-kontennya, Sadbor kerap kali tampil dengan penampilan yang sengaja dibuat lusuh, seperti memakai pakaian kumal atau terlihat tidak terawat. Video-videonya juga sering diambil di lokasi-lokasi yang menggambarkan suasana serba kekurangan, seperti rumah yang tampak tidak layak huni atau lingkungan yang mencerminkan kemiskinan. Selain itu, Sadbor selalu menampilkan ekspresi wajah yang murung, sedih, atau seolah-olah sedang menanggung penderitaan yang berat. Semua elemen ini disusun dengan rapi untuk membangun narasi visual yang bertujuan memancing simpati dari penonton. Melalui strategi ini, Sadbor berharap agar penonton merasa iba dan akhirnya terdorong untuk memberikan dukungan berupa hadiah virtual atau bahkan bantuan finansial. Hadiah-hadiah virtual yang diberikan oleh penonton kemudian dapat dikonversi menjadi uang tunai, yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi kreator tersebut.
Fenomena seperti ini memicu perdebatan di kalangan publik. Di satu sisi, ada penonton yang benar-benar merasa tersentuh dan ingin membantu, dengan harapan bisa meringankan beban hidup kreator tersebut. Namun, di sisi lain, banyak pihak yang mengkritik metode ini karena dianggap sebagai bentuk eksploitasi simpati publik. Kritikus menilai bahwa konten semacam ini sering kali dibuat secara manipulatif dan memanfaatkan belas kasihan orang lain demi keuntungan pribadi. Kasus Sadbor ini mencerminkan bagaimana teknologi dan platform media sosial seperti TikTok dapat digunakan tidak hanya untuk kreativitas positif, tetapi juga untuk menciptakan narasi yang abu-abu secara etis. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang batasan moral dalam mencari penghasilan melalui media sosial serta sejauh mana konten tersebut masih dapat dikategorikan sebagai "autentik" atau sekadar trik untuk memperoleh keuntungan semata.
Strategi yang Digunakan 'Sadbor' Beberapa strategi yang digunakan oleh 'Sadbor' dalam mengemis di TikTok meliputi:
1. Membangun Narasi Kesedihan: Dalam kontennya, Sadbor sering mengungkapkan cerita-cerita menyentuh, seperti kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, atau masalah kesehatan yang tidak jelas kebenarannya.
2. Penampilan Visual: Pakaian lusuh, lokasi sederhana seperti di pinggir jalan, dan latar belakang yang sengaja dibuat dramatis menjadi elemen penting dalam menarik perhatian penonton.
3. Interaksi Langsung: Sadbor kerap berinteraksi dengan penontonnya secara langsung melalui siaran live, di mana ia menyampaikan permintaan bantuan dengan nada suara sedih dan memelas.