Ekspresikan Marahmu!
Kita pasti sudah pernah merasakan yang namanya marah. Marah kepada orang lain maupun terhadap keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan harapan kita atau kita juga sering melihat orang lain marah. Marah merupakan hal yang lumrah.
Dan ternyata marah ini tidak hanya terjadi pada manusia tetapi juga terjadi pada hewan. Berbeda halnya dengan manusia, marah yang terjadi pada hewan biasanya terjadi untuk melindungi diri. Ular akan mematuk jika terinjak ekornya. Lebah akan menyengat jika sarangnya dirusak. Semut akan menggigit jika terusik.Â
Jadi setiap hewan mempunyai cara tersendiri untuk mempertahankan diri ketika berada pada situasi yang akan mengancam keselamatan dirinya.
Sedangkan jika pada manusia, marah biasanya terjadi ketika ada sesuatu yang salah. Ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Ada sesuatu yang melanggar nilai-nilai kebaikan. misalnya ketika diperlakukan tidak adil, tidak dihargai atau terdzolimi. Bisa juga ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya sehingga membuatnya merasa tidak aman dan nyaman maka timbullah marah. Jadi marah itu baik. Marah itu menandakan kepedulian dan menunjukan bahwa kita sehat.
Semua itu tergantung pada karakter pribadi manusiannya.Â
Setiap manusia mempunyai standarisasi  atau tingkatan sensitifitas dalam perasaannya. Biasanya keluasan hati dan tingkat kedewasaan seseorang tergantung pada pengetahuannya (agama) serta tingkat kesadaran dan daya pikirnya. Jika sensitifitas ini terusik maka lampu indikator dalam tubuhnya akan menyala. Dan terjadi reaksi dalam tubuh yang menimbulkan perasaan marah.
Reaksi marah inilah yang harus kita olah atau kita manaj agar ekspresi marah yang kita luapkan berdampak positif Terhadap diri sendirri dan orang lain. Hal isi sejalan dengan pernyataan Arfan Pradiansyah yang menyatakan bahwa angry manajemen itu bukan hanya dibutuhkan untuk orang yang suka marah-marah tetapi juga untuk semua tipe dan karakter orang. Karena semua orang pasti berurusan dengan marah atau feeling.
Saya ilustrasikan marah yang berdampak negatif bagi orang yang marah dan yang dimarahi. Ada seorang istri yang kecewa terhadap suaminya. Awalnya sang istri minta di jemput suaminya pada pukul 7 pagi di pasar. Kebetulan sang istri mendapatkan order kue dari tetangga yang akan dipakai buat konsumsi ibu-ibu arisan. Dan kue tersebut harus diantar pada pukul 9 pagi. Sang suami yang kebetulan sedang libur kerja ia pun menyanggupinya.
Ketika waktu sudah pukul 06.30 sang suami merasa perlu jalan-jalan pagi dikomplek sambil menunggu waktu mendekati jam 7 dan batre hp terisi. Namun ketika sedang jalan pagi sang suami bertemu dengan kawan lama. Mereka ngobrol kesana kemari hingga lupa sampai pukul 8 pagi. Sang istri yang akhirnya naik angkot semakin marah ketika saampai rumah pintu dalam keadaan terkunci. Marahnya semakin memuncak ketika menghubungi suami juga tidak ada jawaban.
Waktu semakin siang dan suami baru tiba di rumah setelah sang istri sudah setengah jam menunggu di depan pintu. Melihat sang istri yang sudah berada di depan rumah sang suami panik dan dengan mudah beralasan "mohon maaf bu, ayah lupa jemput ibu dan hp-nya juga sedang di cas di dalam"
Sang istri naik pitam, dan mengekpresikan marahnya dengan membantik belanjaan yang kebetulan berisi telur dan minyak serta bahan pembuat kue. Tidak hanya itu ia juga memaki maki suaminya dengan kata-kata kasar karena kecewa di php'in suami dan di marahi pelanggan.
Inilah contoh ekspresi marah yang tidak berdampak positif. Justru berdampak negatif. Karena ketika mengekspresikan marah dalam kondisi seperti ini tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Semua yang terjadi tidak bisa dikembalikan lagi keasalnya. Maka ekspresikan marahnya dengan cukup diam dan ambil air wudhu.